Respons Perang Dagang Dengan AS, China Naikkan Stimulus Fiskal
Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China telah menjadi salah satu isu ekonomi global yang paling signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Akibat dari kebijakan tersebut, ekonomi kedua negara serta pasar global mengalami guncangan. Namun, meskipun AS dan China telah mencapai beberapa kesepakatan dalam upaya meredakan ketegangan ini, dampak dari perang dagang tersebut masih terasa hingga saat ini, dan kedua negara terus mencari cara untuk mengurangi dampaknya terhadap perekonomian domestik mereka.
Di tengah kondisi ini, pemerintah China, sebagai respons terhadap tekanan ekonomi yang ditimbulkan oleh perang dagang dengan AS. Mengumumkan peningkatan stimulus fiskal.
Stimulus fiskal yang dimaksud adalah serangkaian kebijakan ekonomi yang bertujuan untuk merangsang perekonomian domestik, seperti pengurangan pajak, peningkatan pengeluaran pemerintah, dan kebijakan lainnya yang dirancang untuk meningkatkan permintaan domestik, investasi, dan konsumsi.
Latar Belakang Perang Dagang AS-China
Perang dagang yang terjadi antara AS dan China dimulai pada era pemerintahan Presiden Donald Trump, yang menuduh China melakukan praktik perdagangan yang tidak adil.
Termasuk pencurian kekayaan intelektual, manipulasi mata uang, dan subsidi yang tidak transparan terhadap industri dalam negeri China.
Trump kemudian memberlakukan tarif impor yang tinggi terhadap barang-barang asal China, dengan harapan untuk mengurangi defisit perdagangan AS dan memaksa China untuk mengubah praktik perdagangan mereka.
Sebagai balasan, China juga memberlakukan tarif terhadap barang-barang asal AS, termasuk produk-produk pertanian, otomotif, dan teknologi. Perang dagang ini menyebabkan ketegangan dalam hubungan ekonomi kedua negara, dengan dampak yang signifikan terhadap perusahaan-perusahaan yang bergantung pada perdagangan internasional, serta mengganggu rantai pasokan global.
Meskipun kedua negara sempat mencapai kesepakatan perdagangan tahap satu pada awal tahun 2020, ketegangan antara AS dan China tetap ada, dan perang dagang ini terus berlanjut meskipun dengan intensitas yang lebih rendah.
Dampak Perang Dagang Terhadap Perekonomian China
Bagi China, perang dagang dengan AS membawa dampak yang cukup besar. Sebagai salah satu ekonomi terbesar di dunia. China sangat bergantung pada ekspor barang ke luar negeri, terutama ke pasar AS.
Tarif yang diterapkan oleh AS terhadap barang-barang China membuat ekspor China menjadi lebih mahal, yang pada gilirannya menurunkan daya saing produk China di pasar internasional. Selain itu, ketidakpastian yang ditimbulkan oleh perang dagang menyebabkan penurunan kepercayaan bisnis dan investor, yang berpotensi memperlambat laju pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah China menyadari bahwa perang dagang ini dapat mengancam stabilitas ekonomi domestiknya. Sehingga mereka memutuskan untuk mengambil langkah-langkah proaktif untuk menanggulangi dampak negatif tersebut.
Salah satu langkah utama yang diambil adalah meningkatkan stimulus fiskal, yang bertujuan untuk merangsang permintaan domestik dan menjaga agar perekonomian tetap tumbuh meskipun ada tantangan eksternal.
Baca Juga: China Menghebohkan Dunia, Dengan Menemukan Cadangan Thorium Raksasa
Peningkatan Stimulus Fiskal China
Stimulus fiskal yang diumumkan oleh pemerintah China terdiri dari beberapa komponen utama yang dirancang untuk memperkuat perekonomian domestik. Salah satu kebijakan utama yang diambil adalah peningkatan belanja infrastruktur.
Pemerintah China berkomitmen untuk meningkatkan investasi di sektor infrastruktur, termasuk pembangunan jalan raya, kereta api, pelabuhan, dan proyek energi terbarukan. Proyek-proyek ini tidak hanya dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru. Tetapi juga merangsang permintaan bahan baku dan barang konsumsi di dalam negeri.
Selain itu, pemerintah China juga mengumumkan rencana untuk memberikan lebih banyak insentif fiskal kepada perusahaan-perusahaan domestik. Terutama di sektor manufaktur dan teknologi. Dengan memberikan potongan pajak atau insentif lainnya, pemerintah berharap dapat mendorong perusahaan-perusahaan ini untuk berinvestasi lebih banyak dalam kapasitas produksi dan inovasi, yang pada gilirannya dapat memperkuat daya saing produk China di pasar global.
Salah satu aspek penting dari stimulus fiskal ini adalah fokus pada konsumsi domestik. Pemerintah China berusaha untuk mengurangi ketergantungan pada ekspor dan mendorong konsumsi dalam negeri.
Dengan meningkatkan daya beli masyarakat melalui kebijakan pajak yang lebih rendah, bantuan sosial, dan program-program lainnya, pemerintah berharap dapat meningkatkan permintaan domestik yang pada akhirnya akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi.