Menyiasati Perang Dagang: Perusahaan China Gencar Bidik IPO di Singapura
Perang dagang AS-China, mendorong perusahaan China bidik IPO di Singapura sebagai strategi untuk mengurangi risiko bisnis sekaligus memperluas akses pasar di Asia Tenggara.
Dengan stabilitas politik dan regulasi yang relatif ketat namun transparan, Singapura menjadi pasar modal yang menarik sebagai pintu gerbang ke Asia Tenggara dan pasar global. Artikel ini akan mengulas bagaimana perusahaan China memanfaatkan peluang di Singapura untuk memperkuat posisi mereka di tengah ketegangan perdagangan global.
Di bawah ini CRAZY CHINA akan membahas bagaimana perusahaan-perusahaan China memanfaatkan pasar modal Singapura sebagai strategi jitu mengatasi ketidakpastian perang dagang global.
Perusahaan China Beralih ke Singapura
Sebanyak lima perusahaan besar dari China dan Hong Kong sedang bersiap untuk memasuki pasar modal Singapura dalam 12 hingga 18 bulan mendatang. Deretan perusahaan ini mencakup berbagai sektor strategis seperti energi, layanan kesehatan, dan bioteknologi, dengan beberapa di antaranya berbasis di Shanghai.
Strategi ini menjadi bagian dari upaya perusahaan-perusahaan China untuk memperluas dan memperkuat kehadiran mereka tidak hanya di Asia Tenggara, tetapi juga dalam skala global, mengingat ketegangan perdagangan dengan AS masih membayangi masa depan bisnis mereka.
Langkah ini juga didorong oleh respon langsung atas kenaikan tarif impor yang dilakukan oleh pemerintahan Presiden Donald Trump sebelumnya yang memberlakukan tarif sebesar 145% untuk sejumlah barang impor China, sementara China membalas dengan tarif mencapai 125% terhadap barang AS.
Meskipun ada jeda 90 hari dalam penetapan tarif, kenyataan volatilitas dan ketidakpastian kebijakan tetap tinggi sehingga mendorong perusahaan China untuk mencari pasar alternatif sebagai “jalur keluar” dari konflik tarif tersebut.
Singapura sebagai Gateway Strategis
Singapura dipandang sebagai pintu gerbang penting bagi perusahaan China untuk menembus pasar global, terutama Asia Tenggara. Posisi strategisnya sebagai pusat keuangan yang stabil dan netral secara politik menjadikannya pilihan menarik untuk pencatatan saham. Stabilitas ini sangat berharga di tengah situasi geopolitik yang semakin kompleks.
Meski demikian, pasar Singapura dikenal memiliki karakter investor yang konservatif. Persyaratan pencatatan di SGX juga lebih ketat dibandingkan bursa Hong Kong. Namun, daya tarik Singapura mulai meningkat dengan adanya insentif baru.
Pemerintah menawarkan potongan pajak 20% untuk IPO primer sejak awal 2025. Langkah ini diperkirakan akan semakin menarik minat perusahaan China yang ingin menghindari risiko ketegangan AS-China.
Baca Juga: Badan Energi AS Akui China Kuasai Pasar Mobil Listrik Dunia
Peran Broker dan Modal yang Dikumpulkan
CGS International Securities, anak perusahaan dari China Galaxy Securities yang dimiliki negara China, menjadi salah satu pihak yang aktif membantu perusahaan China dalam proses IPO di Singapura. Diperkirakan beberapa perusahaan akan berhasil mengumpulkan dana sekitar US$100 juta melalui penawaran saham di SGX.
Ini menandai gelombang baru yang signifikan bagi bursa Singapura yang selama ini lebih didominasi oleh instrumen seperti real estate investment trusts (REITs) dan pencatatan perusahaan yang relatif lebih kecil.
Situasi geopolitik membatasi peluang di pasar tradisional seperti AS dan membuat persaingan di Hong Kong semakin ketat. Singapura pun muncul sebagai solusi pragmatis dan basis pertumbuhan regional yang potensial bagi perusahaan yang ingin memperluas ekspansi ke Asia Tenggara.
Tantangan dan Harapan Untuk Bursa Singapura
Meski banyak perusahaan China mulai melirik pasar Singapura, para analis tetap bersikap optimistis namun realistis. Mereka menilai SGX belum bisa dengan cepat menggantikan posisi Hong Kong sebagai pusat pencatatan saham utama. Salah satu hambatan utama adalah karakter investor yang konservatif.
Selain itu, regulasi pencatatan di Singapura masih tergolong ketat. Seorang managing director perusahaan perangkat lunak multinasional menyebut perlu ada perbaikan proses listing.
Hal ini penting terutama bagi perusahaan teknologi yang kini banyak bermarkas di Singapura. Ia juga menekankan bahwa hampir semua startup Asia Tenggara berbasis di Singapura, sehingga wajar jika SGX menjadi fokus pencatatan.
Dampak dan Implikasi Perang Dagang Lebih Luas
Kebijakan tarif proteksionis AS telah memicu perang dagang yang berdampak luas, tidak hanya pada harga dan perdagangan barang. Dampaknya juga terasa pada strategi investasi global dan arus mobilitas modal antarnegara. Perusahaan-perusahaan China merespons dengan mendiversifikasi pasar modal mereka.
Salah satu langkah yang diambil adalah melakukan dual listing untuk mengurangi risiko geopolitik. Perang dagang ini juga mendorong pertumbuhan pasar modal di kawasan Asia Tenggara. Singapura menjadi salah satu pihak yang diuntungkan melalui peningkatan pencatatan saham dan aktivitas pasar modal.
Simak dan ikuti terus CRAZY CHINA agar Anda tidak ketinggalan berita informasi menarik lainnya seperti perang dagang AS-China yang melibatkan perusahaan China bidik IPO di Singapura yang akan terupdate setiap hari.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari www.cnbcindonesia.com
- Gambar Kedua dari www.moxa.id