China Bergerak Menguasai Tambang di Seluruh Dunia Lawan Sanksi AS

China bergerak menguasai tambang di seluruh dunia lawan sanksi AS mencapai tingkat tertinggi dalam lebih dari satu dekade, sebagai upaya untuk mengamankan bahan baku penting di tengah pembatasan investasi dari negara-negara Barat.

China Bergerak Menguasai Tambang di Seluruh Dunia Lawan Sanksi AS

Para analis dan investor mengemukakan bahwa kenaikan jumlah kesepakatan tambang ini sebagian mencerminkan upaya China untuk mendahului iklim geopolitik yang memburuk, yang membuatnya semakin tidak diinginkan sebagai investor di negara-negara penting seperti Kanada dan AS.

Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran CRAZY CHINA.

tebak skor hadiah pulsa  

Agresivitas Akuisisi Tambang Global China

Laporan dari Financial Times menyebutkan bahwa pada tahun lalu, China mencatat 10 kesepakatan akuisisi tambang yang masing-masing bernilai lebih dari USD100 juta. Jumlah kesepakatan ini merupakan yang tertinggi sejak tahun 2013, berdasarkan analisis data dari S&P dan Mergermarket.

Kesepakatan-kesepakatan besar ini mencakup berbagai jenis tambang dan lokasi geografis. Di antaranya adalah tambang emas di Kazakhstan, Ghana, dan Pantai Gading. Selain itu, China juga mengakuisisi tambang tembaga di Zambia, tambang tembaga-emas di Brasil, serta kepemilikan 50% dalam proyek tanah jarang di Tanzania. Menurut BBC, setidaknya ada 62 proyek pertambangan yang tersebar di seluruh dunia dan melibatkan China untuk ekstraksi mineral penting.

China memiliki cadangan elemen kritis terbesar di dunia dan merupakan pemurni utama elemen tanah jarang, bertanggung jawab atas 90% kapasitas pengolahan global. Keamanan mineral telah menjadi prioritas strategis nasional bagi Beijing. Langkah China ini sejalan dengan meningkatnya permintaan global untuk lithium, kobalt, dan nikel, didorong oleh pertumbuhan energi bersih dan manufaktur teknologi tinggi.

Dominasi China Dalam Sektor Mineral Kritis

China menunjukkan dominasi yang signifikan dalam sektor mineral kritis. Negara ini menguasai sekitar sepertiga dari cadangan logam tanah jarang yang diketahui, 60% dari ekstraksi, dan 85% dari pengolahan produk-produknya. Logam tanah jarang sangat penting untuk berbagai teknologi, termasuk ponsel, mobil listrik, dan teknik militer. Sehingga dominasi China memiliki dampak luas bagi banyak negara.

Selain itu, laporan C4ADS juga menemukan bahwa dua perusahaan China, Tsingshan Holding Group dan Jiangsu Delong Nickel Industry Co Ltd. Menguasai lebih dari 70% kapasitas pemurnian nikel di Indonesia.

China tidak hanya menguasai sumber daya tetapi juga memegang kendali atas rantai pasokan dan pemrosesan mineral ini. Tiongkok menghasilkan sekitar 80% dari perdagangan barang tambang langka di dunia, bukan karena konsentrasi barang tambang langka di wilayahnya, tetapi karena kapasitas pemrosesan dan perdagangannya.

Baca Juga: China Kirim Sistem Rudal Canggih ke Iran Usai Perang Dengan Israel Mereda

Perang Dagang yang Semakin Memanas

Perang Dagang yang Semakin Memanas

Perang dagang antara AS dan China telah memasuki fase baru. Di mana kedua negara berusaha memaksimalkan pengaruh ekonomi dan politik mereka di tingkat global. Kebijakan Presiden AS Donald Trump, termasuk pengenaan tarif besar-besaran, berpotensi mengguncang fondasi ekonomi China.

Mulai 4 Februari 2025, AS memberlakukan tarif 10% terhadap berbagai produk impor dari China. Di atas tarif-tarif sebelumnya yang sudah diterapkan di era Presiden Joe Biden dan masa jabatan pertama Trump. Kebijakan Trump juga membuka peluang penambahan tarif baru di masa depan, yang bisa semakin menekan perekonomian China.

Meskipun demikian, China juga telah menunjukkan kesiapannya menghadapi tekanan ini dengan strategi ekonomi yang lebih matang. Kementerian Perdagangan China telah menegaskan penentangannya terhadap tindakan AS dan berjanji akan mengambil tindakan balasan untuk melindungi kepentingannya sendiri.

Kementerian tersebut juga memperkirakan bahwa ekonomi terbesar kedua di dunia ini kemungkinan akan semakin terjerumus dalam perang dagang yang dapat mengganggu rantai pasokan global.

Dampak Sanksi AS dan Respons China

Sanksi AS telah menjadi faktor pendorong di balik strategi akuisisi tambang China. Amerika Serikat dan sekutunya telah memblokir investasi China. Memberlakukan pembatasan ekspor, dan meluncurkan kemitraan baru untuk mendapatkan mineral dari sumber lain. China telah menganggap tindakan Washington ini sebagai campur tangan dalam urusan dalam negerinya dan melemahkan integritas teritorial serta kedaulatan China.

Sebagai respons, China telah mengambil tindakan balasan. Pada Desember 2024, China melarang ekspor antimoni dan galium ke AS, yang merupakan bahan penting dalam produksi semikonduktor. Selain itu, pada Maret 2025, China mengumumkan tarif impor hingga 15% untuk produk pertanian asal AS dan melarang perdagangan dengan beberapa entitas Amerika.

China juga telah menjatuhkan sanksi terhadap beberapa perusahaan pertahanan AS, seperti Insitu, Hudson Technologies, Saronic Technologies, Aerkomm, dan Oceaneering International. Serta anak perusahaan Raytheon yang berbasis di Kanada dan Australia. Dengan membekukan aset-aset China mereka.

Sanksi ini juga melarang perusahaan-perusahaan yang menjadi target untuk menjalin bisnis dengan organisasi dan individu yang berada di dalam wilayah China.

Buat anda yang ingin mengetahui informasi mengenai negeri China, kalian bisa kunjungi CRAZY CHINA, yang dimana akan selalu memberikan informasi terbaru mengenai China baik itu dari wisata, teknologi maupun tradisi dan budaya.


Sumber Informasi Gambar:

  • Gambar Pertama dari Ekonomi Bisnis – SINDOnews.com
  • Gambar Kedua dari NUSANTARAMARITIMENEWS

Similar Posts