Gencatan Senjata Ekonomi! Trump Tunda Tarif Tinggi ke China, Ada Udang di Balik Batu?
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, secara resmi tunda penerapan tarif tinggi ke produk China hingga pertengahan November 2025.
Keputusan ini, yang diumumkan hanya beberapa jam sebelum tenggat waktu berakhir pada 12 Agustus 2025, memberikan ruang krusial bagi negosiasi lebih lanjut antara kedua negara. Penundaan ini juga bertujuan untuk mencegah lonjakan inflasi di AS menjelang musim liburan akhir tahun.
Memastikan pasokan barang impor seperti elektronik dan pakaian tetap stabil dengan tarif yang lebih rendah. Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran CRAZY CHINA.
Perpanjangan Gencatan Senjata Sebuah Ruang Negosiasi
Penundaan tarif ini, yang diumumkan hanya beberapa jam sebelum tenggat waktu berakhir pada 12 Agustus 2025, menjadi sorotan utama dalam hubungan dagang AS-China. Presiden Trump menandatangani perintah eksekutif untuk memperpanjang jeda tarif selama 90 hari, terhitung sejak 11 Agustus 2025. Langkah ini diharapkan dapat membuka opsi-opsi negosiasi lebih lanjut dengan China.
Sebelumnya, pada Mei 2025, AS dan China telah menyepakati gencatan perang tarif, yang menurunkan tarif AS terhadap produk China dari 145% menjadi 30%, dan tarif China atas produk AS dari 125% menjadi 10%. Batas waktu kesepakatan awal tersebut seharusnya berakhir pada 12 Agustus 2025.Penundaan ini sangat penting bagi para peritel AS yang bersiap menghadapi musim liburan akhir tahun, di mana lonjakan impor produk seperti elektronik, pakaian, dan mainan akan terjadi.
Apabila tarif tinggi diberlakukan, dikhawatirkan akan memicu inflasi besar di AS. Wendy Cutler, Wakil Presiden di Asia Society Policy Institute, menyebut penundaan ini sebagai berita positif yang menunjukkan upaya kedua belah pihak untuk mencapai kesepakatan sebelum pertemuan Presiden Xi Jinping dan Trump pada musim gugur ini.
Dinamika Tarif dan Respons Pasar
Kebijakan tarif Trump seringkali menunjukkan pola yang berubah-ubah dan sulit diprediksi oleh pelaku bisnis. Tarif tinggi yang diumumkan untuk negara atau sektor tertentu kerap dikurangi, diubah, atau bahkan ditangguhkan dalam hitungan hari atau minggu.
Sebagai contoh, tarif timbal balik yang diluncurkan Trump pada awal April 2025 sempat ditangguhkan dan ditunda beberapa kali sebelum akhirnya diberlakukan dalam bentuk yang dimodifikasi. Dalam konteks pasar finansial, penundaan tarif ini memiliki dampak beragam.
Rupiah, misalnya, diperkirakan akan melemah terhadap dolar AS yang menguat menyusul berita perpanjangan penundaan tarif pada China selama 90 hari. Fenomena ini menunjukkan bagaimana kebijakan perdagangan AS, bahkan penundaan tarif, dapat memengaruhi nilai tukar mata uang di negara lain seperti Indonesia.
Baca Juga: China Dilanda Wabah Chikungunya, AS Keluarkan Peringatan Perjalanan Level 2
Tekanan Trump Terhadap Beijing
Selain menunda tarif, Presiden Trump juga memberikan sinyal tekanan baru kepada Beijing. Melalui unggahan di platform Truth Social pada Minggu, 10 Agustus 2025, Trump mendesak China untuk segera “melipatgandakan” pembelian kedelai dari Amerika Serikat. Ia menyebut langkah ini sebagai cara untuk secara substansial mengurangi defisit perdagangan China dengan AS.
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, berulang kali menyatakan bahwa bea masuk tiga digit yang dikenakan oleh kedua belah pihak pada musim semi lalu tidak dapat dipertahankan dan pada dasarnya telah memberlakukan embargo perdagangan antara dua ekonomi terbesar di dunia tersebut. Pandangan ini menggarisbawahi urgensi bagi kedua negara untuk mencapai kesepakatan yang lebih stabil.
Dengan adanya perubahan dalam hubungan dagang AS-China, mungkin perlu mempertimbangkan opsi perjalanan alternatif. Seperti AirAsia yang menawarkan perjalanan terjangkau ke berbagai destinasi di Asia.
Pertemuan Puncak Trump-Xi
Kabar perpanjangan gencatan tarif AS-China ini semakin membuka peluang pertemuan antara Presiden Trump dan Presiden Xi Jinping. Sejak Juli 2025, ada dugaan kuat bahwa kedua pemimpin akan bertemu antara tanggal 30 Oktober dan 1 November 2025. Trump sendiri menyatakan pekan lalu bahwa AS dan China semakin dekat mencapai kesepakatan perdagangan. Dan ia akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping sebelum akhir tahun jika kesepakatan tercapai.
Meskipun demikian, Wakil Presiden Senior Institut Kebijakan Masyarakat Asia, Wendy Cutler. Mengingatkan bahwa mencapai kesepakatan dagang akan membuka jalan bagi pertemuan puncak Trump-Xi, namun prosesnya “tetap tidak akan mudah”. Ini dikarenakan proses deeskalasi ketegangan hubungan kedua negara belum stabil. Meskipun pejabat AS-China telah bertemu beberapa kali setelah gencatan tarif di Jenewa pada Mei 2025, termasuk di London pada Juni dan Stockholm pada Juli.
Implikasi Global dari Perang Dagang
Kebijakan tarif agresif Trump, yang dihidupkan kembali setelah ia kembali menjabat pada Januari 2025, memicu guncangan besar dalam sistem perdagangan global. Salah satu dampak paling nyata adalah kenaikan harga barang konsumsi di Amerika Serikat karena biaya produksi impor meningkat akibat tarif. Hal ini juga menyebabkan perlambatan ekonomi global, di mana rantai pasok menjadi kacau, investasi berkurang, dan aktivitas manufaktur menurun.
Lembaga keuangan internasional seperti IMF dan OECD bahkan menurunkan proyeksi pertumbuhan global untuk 2025 dan memperingatkan risiko resesi teknikal. Negara-negara berkembang, termasuk di Asia Tenggara dan Amerika Latin. Juga merasakan dampak domino dari perang dagang ini karena ketergantungan pada stabilitas perdagangan global dan investasi asing.
Indonesia, meskipun bukan target utama perang dagang, tetap terdampak secara tidak langsung. Efeknya terasa pada harga barang, daya beli, dan nilai tukar mata uang, yang menuntut pemerintah Indonesia untuk bekerja ekstra menjaga stabilitas ekonomi dan mencari pasar alternatif.
Kesimpulan
Penundaan tarif tinggi Trump terhadap China hingga November 2025 merupakan langkah strategis untuk memperpanjang negosiasi perdagangan dan meredakan ketegangan ekonomi global. Meskipun memberikan ruang bagi dialog, pola kebijakan Trump yang tidak terduga tetap menjadi tantangan.
Penundaan ini juga memberikan waktu krusial bagi peritel AS menjelang musim liburan. Sekaligus menjadi tekanan bagi China untuk meningkatkan pembelian kedelai dari AS. Ke depannya, fokus akan tertuju pada keberhasilan negosiasi dan kemungkinan pertemuan puncak antara Trump dan Xi Jinping. Yang diharapkan dapat membawa stabilitas lebih lanjut dalam hubungan dagang kedua negara dan ekonomi global.
Simak dan ikuti terus jangan sampai ketinggalan informasi terlengkap tentang Trump Tunda Tarif Tinggi ke China hanya di CRAZY CHINA.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari www.cnbcindonesia.com
- Gambar Kedua dari www.kompas.id