China Pamer Kapal Induk Fujian di Selat Taiwan, Tegaskan Dominasi Dan Tekan Taiwan
Kapal induk Fujian milik China melintasi Selat Taiwan, memicu ketegangan baru dan menegaskan ambisi dominasi Beijing.
Di tengah gejolak geopolitik, manuver militer China kembali menyulut ketegangan di Asia. Kapal induk Fujian melintasi Selat Taiwan, memicu reaksi cepat dan kewaspadaan Taipei. Peristiwa ini bukan sekadar unjuk kekuatan, tetapi pesan yang dapat mengubah dinamika di Laut China Selatan. Mari selami arti langkah strategis Beijing ini.
Dibawah ini Anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya tentang wisata dan berita seputaran CRAZY CHINA.
Fujian Beraksi di Selat Taiwan
Kapal induk ketiga dan paling canggih milik China, Fujian, dilaporkan berlayar di Selat Taiwan pada Selasa (16/12). Ini menandai transit pertamanya di jalur perairan sensitif tersebut sejak kapal itu resmi beroperasi bulan lalu. Taipei sontak menaikkan status siaga, mengawasi setiap pergerakan Fujian dengan cermat.
Kementerian Pertahanan (Kemhan) Taiwan mengonfirmasi laporan ini pada Rabu (17/12). Mereka merilis gambar yang menunjukkan kapal induk raksasa China itu berlayar di perairan, meski lokasi pengambilan foto tidak disebutkan secara spesifik. Kemhan China sendiri memilih bungkam, tidak memberikan komentar apa pun terkait insiden tersebut.
Menteri Pertahanan Taiwan, Wellington Koo, saat berbicara di hadapan parlemen, menduga kapal Fujian kemungkinan sedang menuju Pulau Changxing di Shanghai. Pulau ini merupakan lokasi galangan kapal angkatan laut utama China. Koo juga menambahkan bahwa sejauh ini belum terlihat aktivitas militer mencolok dari kapal tersebut.
Unjuk Kekuatan Dan Respon Taipei
Pada hari yang sama, Kemhan Taiwan juga melaporkan adanya “patroli kesiapan tempur gabungan” yang dilakukan China di dekat Taiwan. Patroli ini melibatkan 23 pesawat tempur, termasuk jet J-10 dan bomber H-6K yang berkemampuan nuklir, serta beberapa kapal perang. Ini menunjukkan eskalasi kehadiran militer Beijing.
Hampir setiap hari, Taiwan melaporkan aktivitas militer China di sekitar wilayahnya. Taipei menafsirkan kegiatan tersebut sebagai bagian dari tekanan berkelanjutan yang dilancarkan Beijing terhadap pemerintah Taiwan. Hal ini semakin mempertegas klaim China atas Taiwan sebagai bagian dari wilayah kedaulatannya.
China menganggap Selat Taiwan sebagai bagian dari kedaulatannya, sebuah pandangan yang ditentang keras oleh Taiwan dan Amerika Serikat. Mereka berdua memandang selat tersebut sebagai jalur air internasional. Perbedaan interpretasi ini menjadi salah satu pemicu utama ketegangan di kawasan.
Baca Juga: Krisis Properti China, Ancaman Tersembunyi di Balik Data Yang Ditutup
Kecanggihan Kapal Induk Fujian
Kapal induk Fujian memiliki dek penerbangan datar dan dilengkapi dengan ketapel elektromagnetik untuk meluncurkan pesawat. Fitur ini membuatnya jauh lebih mumpuni dibandingkan dua kapal induk pertama China, Liaoning dan Shandong, yang didesain berdasarkan teknologi Rusia.
Fujian diyakini mampu membawa jet tempur yang jauh lebih banyak dan dipersenjatai lebih berat dibandingkan kapal induk Liaoning dan Shandong. Kemampuan ini meningkatkan proyeksi kekuatan angkatan laut China secara signifikan. Desain modernnya memungkinkan operasional pesawat yang lebih efisien dan efektif.
Selain itu, Fujian juga diperkirakan dapat menampung pesawat yang lebih banyak dan lebih beragam. Fleksibilitas ini memungkinkan China untuk mengerahkan berbagai jenis pesawat sesuai dengan kebutuhan misi, mulai dari jet tempur, pesawat pengintai, hingga helikopter serbu, menjadikannya aset strategis yang vital.
Implikasi Geopolitik Kawasan
Transit Fujian di Selat Taiwan mengirimkan sinyal kuat mengenai ambisi maritim China. Beijing berupaya menegaskan dominasinya di Laut China Selatan dan sekitarnya, menantang status quo regional yang telah berlangsung lama. Ini bisa memicu perlombaan senjata di antara negara-negara tetangga.
Langkah ini juga menempatkan Taiwan dalam posisi yang semakin sulit, menghadapi tekanan militer yang konsisten dari daratan utama. Taipei terus berupaya memperkuat pertahanannya dan mencari dukungan internasional untuk menjaga kedaulatannya. Solidaritas regional dan global menjadi kunci bagi Taiwan.
Peristiwa ini mengingatkan dunia akan potensi konflik di kawasan Asia Pasifik. Stabilitas regional sangat bergantung pada bagaimana kekuatan-kekuatan besar mengelola klaim dan ambisi mereka. Dialog diplomatik dan penghormatan terhadap hukum internasional menjadi esensial untuk mencegah eskalasi.
Simak dan ikuti terus informasi menarik lainnya tentang berita terkini, wisata dan teknologi China hanya di CRAZY CHINA.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari cnnindonesia.com
- Gambar Kedua dari boombastis.com