AS Bikin Sistem Pengawasan Ekspor Chip AI, China Jadi Target Utama
Sistem pengawasan ekspor chip AI yang diterapkan Amerika Serikat dengan menargetkan China sebagai sasaran utama mencerminkan dinamika geopolitik dan teknologi yang semakin kompleks di era persaingan teknologi tinggi global.
Langkah ini merupakan bagian dari upaya Washington untuk menjaga keunggulan teknologi dan keamanan nasional di tengah persaingan global yang semakin sengit di sektor AI dan teknologi tinggi.
Teknologi AI, Senjata Baru
Kecerdasan buatan kini dianggap sebagai pilar utama kekuatan suatu negara. Sejajar dengan kekuatan militer dan ekonomi.
Negara-negara seperti AS, China, dan Uni Eropa berlomba-lomba mengembangkan AI untuk berbagai sektor. Di sinilah peran chip semikonduktor AI, komponen kunci yang membuat seluruh sistem pintar dapat berjalan secara efisien.
AS selama ini unggul dalam hal riset dan desain chip AI. Melalui perusahaan-perusahaan seperti NVIDIA, Intel, dan AMD. Namun sebagian besar produksi fisik chip dilakukan di luar negeri.
Khususnya di Taiwan melalui TSMC dan Korea Selatan melalui Samsung. Hal ini membuat rantai pasok chip AI menjadi sangat kompleks dan rentan disusupi.
China sendiri, meski gencar mengembangkan industri semikonduktornya. Masih sangat tergantung pada chip kelas atas buatan Barat. Hal inilah yang membuat AS waspada.
Terlebih setelah laporan-laporan intelijen menunjukkan bahwa beberapa chip AI kelas militer buatan AS diduga bocor dan dipakai dalam proyek pengawasan dan militer China.
Munculnya Aturan Ekspor Baru
Pada akhir 2023, Departemen Perdagangan AS melalui Biro Industri dan Keamanan (BIS) merilis aturan ekspor baru yang lebih ketat terhadap produk-produk teknologi sensitif, termasuk chip AI. Namun tak berhenti di sana, kini AS membentuk sistem pengawasan aktif terhadap ekspor chip, dengan mencakup beberapa elemen penting:
-
Pengawasan Vendor dan Distributor: Semua perusahaan AS yang memproduksi atau mendistribusikan chip AI diwajibkan melaporkan dengan detail ke mana chip mereka dijual, dalam jumlah berapa, dan untuk apa penggunaannya.
-
Verifikasi Pengguna Akhir (End-User Verification): AS kini mewajibkan pengecekan menyeluruh terhadap pembeli chip. Termasuk afiliasi perusahaan, latar belakang, hingga kemungkinan kaitannya dengan proyek-proyek militer atau lembaga yang dilarang.
-
Sistem Pelacakan Ekspor Real-Time: Teknologi baru diterapkan untuk melacak jalur logistik pengiriman chip. Dari pabrik ke pelabuhan sampai ke tangan pengguna akhir. Sistem ini bekerja secara digital dan terintegrasi dengan data intelijen.
-
Sanksi Berat Bagi Pelanggar: Perusahaan yang mencoba menyelundupkan chip atau memanipulasi data ekspor terancam dicabut izin ekspornya secara permanen, didenda miliaran dolar, bahkan dapat dikenai tuntutan pidana.
Baca Juga: 5 Negara yang Mengandalkan Jet Tempur China Dalam Pertahanan Udara
Mengapa China Jadi Target Utama?
China selama ini dituduh menggunakan teknologi tinggi, termasuk chip AI. Untuk memperkuat sistem pengawasan massal, program militer canggih.
Hingga ekspansi teknologi ke luar negeri melalui inisiatif seperti Belt and Road Initiative (BRI). AS menilai bahwa jika China memiliki akses penuh terhadap chip AI tercanggih, maka keseimbangan kekuatan global akan terganggu.
Sejak pemerintahan Trump hingga Biden. AS telah menempatkan sejumlah perusahaan teknologi China seperti Huawei, Hikvision, dan SenseTime ke dalam Entity List, yang berarti mereka dilarang membeli produk teknologi AS tanpa izin khusus.
Namun dalam praktiknya, banyak chip AI yang bocor ke China melalui perusahaan pihak ketiga yang berbasis di negara lain, seperti Singapura, Hong Kong, bahkan negara-negara Eropa Timur. Di sinilah sistem pengawasan baru AS berperan. Untuk mencegah jalur tidak resmi tersebut.
Reaksi Internasional dan Geopolitik
China secara terbuka mengkritik langkah AS ini sebagai upaya monopoli teknologi dan hambatan bagi perdagangan bebas global.
Kementerian Luar Negeri China menuntut AS untuk mencabut kebijakan tersebut. Menilai bahwa pembatasan ini tidak sejalan dengan prinsip-prinsip perdagangan internasional yang adil. Sementara itu, Rusia dan Iran belum memberikan pernyataan resmi terkait kebijakan ini.
Kebijakan pengawasan ekspor chip AI AS ini juga berpotensi memperkuat kesenjangan teknologi dan menambah ketegangan perdagangan antara kedua negara besar ini.
Beberapa analis memandang bahwa pendekatan oleh AS bisa mendorong terjadinya “pemecahan” sistem teknologi global menjadi dua ekosistem terpisah, masing-masing dipimpin oleh AS dan China, yang akan menyulitkan integrasi global dan menaikkan biaya industri.
Manfaatkan juga waktu anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi informasi terupdate lainnya hanya di CRAZY CHINA.
- Gambar Utama dari inet.detik.com
- Gambar Kedua dari tekno.kompas.com