China Bakar Bendera Doa di Tibet, Isu Represi Budaya Memanas
Aksi pembakaran bendera doa di Tibet oleh pihak berwenang China menimbulkan kekhawatiran baru terkait represi budaya di wilayah tersebut.
Represi budaya di Tibet memuncak setelah China membakar bendera doa Mani, simbol spiritual berabad-abad, memicu kekhawatiran pelestarian tradisi lokal. ibawah ini kamu bisa mengetahui berbagai informasi dan berita viral menarik lainnya tentang seputaran CRAZY CHINA.
Eskalasi Represi Simbol Keagamaan di Tibet
Warga Tibet menilai tindakan pembakaran bendera doa oleh otoritas China sebagai eskalasi terbaru dalam upaya menghapus simbol-simbol keagamaan yang terlihat secara publik. Bendera doa dan roda doa Mani telah menjadi bagian penting dari praktik spiritual dan identitas budaya masyarakat Tibet selama berabad-abad.
Dalam beberapa tahun terakhir, insiden pembongkaran, penghancuran, atau manipulasi simbol-simbol ini oleh aparat China terus terjadi. Seringkali dengan alasan yang dinilai tidak masuk akal, meragukan, dan kontroversial.
Peristiwa terbaru ini menimbulkan kekhawatiran yang lebih luas terkait pelestarian tradisi dan hak-hak budaya masyarakat Tibet. Bagi warga setempat, tindakan ini bukan sekadar soal keselamatan atau regulasi. Tetapi menjadi ancaman langsung terhadap keberlangsungan identitas spiritual mereka.
Penahanan di Tibet Saat Ulang Tahun Dalai Lam
Warga yang menolak mengikuti program “pendidikan ulang” Beijing sebuah skema asimilasi nasional dilaporkan menghadapi berbagai tindakan represif. Termasuk penahanan sewenang-wenang dengan tuduhan yang direkayasa, hukuman penjara jangka panjang, dan pengucilan sosial secara sistematis.
Kondisi ini tidak hanya menekan kebebasan beragama, tetapi juga mengancam kelestarian tradisi dan identitas budaya masyarakat Tibet. Peristiwa ini menyoroti meningkatnya tekanan politik dan budaya, sekaligus memicu perhatian internasional terhadap pelanggaran hak asasi dan kebebasan minoritas di wilayah Tibet.
Koersifitas China Dalam Menghapus Identitas Tibet
Pemerintah China melalui PKC telah lama menekan identitas Tibet, memaksa warga Ngaba menurunkan dan menghancurkan simbol keagamaan. Termasuk bendera doa, yang menjadi bagian penting praktik spiritual lokal.
Selain itu, otoritas juga melarang doa keagamaan daring yang diselenggarakan melalui media sosial, membatasi ruang publik dan virtual bagi praktik keagamaan masyarakat Tibet.
Kebijakan ini dianggap sebagai upaya sistematis untuk melemahkan tradisi spiritual. Membatasi kebebasan beragama, dan mengikis identitas budaya yang telah diwariskan turun-temurun.
Baca Juga: Insentif Mobil Listrik Dicabut, Produsen Wajib Penuhi TKDN 40 Persen
Penghapusan Simbol Keagamaan dan Pendidikan
Citra satelit terbaru menunjukkan langkah China yang sistematis dalam menghapus simbol keagamaan Tibet, termasuk mantra suci “Om Mani Padme Hum” yang diukir di bebatuan perbukitan, digantikan dengan bendera China.
Selain itu, para penggembala nomaden Tibet dipaksa menurunkan bendera doa Mani dan menggantinya dengan bendera nasional, sekaligus mengikuti sesi pendidikan politik yang wajib.
Pema Gyal, peneliti dari Tibet Watch di London, menyatakan kekhawatirannya terkait metode pendidikan politik ini, yang mencakup pemaksaan warga untuk mengibarkan bendera China dan memasang potret pemimpin Partai Komunis di rumah mereka.
Kebijakan Sinifikasi dan Represi Bendera Doa di Tibet
Selama pandemi Covid-19, aparat China melancarkan kampanye sistematis untuk menurunkan bendera doa Mani di seluruh wilayah Tibet. Kampanye ini merupakan bagian dari kebijakan sinifikasi yang bertujuan mengasimilasi masyarakat Tibet ke dalam budaya dominan Han China, dan dilaporkan semakin diperketat dalam satu dekade terakhir.
Mereka yang menolak pembuangan bendera doa secara paksa sering kali menghadapi penangkapan, penyiksaan, dan tekanan fisik maupun psikologis. Matteo Mecacci, mantan Presiden International Campaign for Tibe.
Menekankan bahwa pencopotan bendera doa merupakan simbol tragis bagaimana kekuasaan Partai Komunis China menghancurkan warisan budaya Tibet yang kuno dan kaya akan nilai spiritual. Ikuti terus informasi dan berita terbaru dari kami yang terupdate dan terpercaya, hanya di CRAZY CHINA.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari SINDOnews.com
- Gambar Kedua dari VOA Indonesia