Harga Batu Bara China Anjlok Usai Kenaikan Empat Hari Beruntun
Harga batu bara China kembali anjlok usai naik empat hari, dipicu oversupply, stok melimpah, dan penurunan impor yang menekan pasar.
Harga batu bara di China kembali anjlok setelah sempat naik empat hari beruntun. Berikut CRAZY CHINA akan membahas penyebab, dampak global, dan prospek harga selengkapnya.
Tren Kenaikan Empat Hari Berujung Koreksi
Rabu 23 Juli 2025, harga batu bara kokas di Bursa Dalian sempat melonjak sekitar 28% sejak pertengahan bulan. Lonjakan ini dipicu aktivitas pembelian spekulatif serta sentimen positif setelah kunjungan pemerintah ke provinsi penghasil batu bara utama. Namun, tren positif ini berakhir ketika pasar menyadari bahwa kenaikan tersebut tidak didukung oleh permintaan riil yang kuat.
Kondisi pasar yang sensitif terhadap stok mulai mencatat penumpukan batu bara di beberapa pelabuhan utama. Saat informasi oversupply mulai beredar luas, pelaku pasar beralih ke aksi ambil untung, memicu koreksi tajam pada kontrak batu bara berjangka. Situasi ini menunjukkan bahwa kenaikan empat hari berturut-turut sebelumnya lebih bersifat teknikal daripada fundamental.
Koreksi ini juga menegaskan bahwa harga batu bara tetap berada dalam tren tekanan jangka menengah. Tanpa dukungan permintaan dari sektor industri dan pembangkit listrik, kenaikan harga hanya bersifat sementara. Dengan demikian, pasar kini lebih berhati-hati memantau pergerakan harga harian untuk menghindari risiko kerugian mendadak.
Oversupply dan Intervensi Pemerintah
Pasokan batu bara domestik China melimpah sepanjang paruh pertama 2025. Produksi meningkat sekitar 6% dibandingkan tahun sebelumnya, sementara konsumsi energi termal justru turun sekitar 2%. Ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan inilah yang menjadi faktor utama terjadinya oversupply.
Pemerintah China melalui National Energy Administration melakukan inspeksi ketat ke tambang-tambang besar di Shanxi dan Inner Mongolia. Tujuannya adalah membatasi produksi yang berlebihan dan menghindari perang harga antarprodusen. Meski langkah ini sempat menahan penurunan harga, tekanan dari stok tinggi tetap membuat harga batu bara terkoreksi pada akhir bulan.
Baca Juga: China Chaos! Netizen Murka Usai Temuan Kamera Tersembunyi di Toilet Publik
Volume Impor Merosot, Stok Domestik Meningkat
Pada lima bulan pertama 2025, impor batu bara China turun sekitar 11–13% dibanding periode yang sama tahun lalu, setara penurunan sekitar 13 juta ton. Penurunan ini terjadi karena pasokan dalam negeri dinilai lebih mencukupi dan biaya logistik lebih rendah dibandingkan batu bara impor.
Di sisi lain, stok domestik terus meningkat di pelabuhan utama seperti Qinhuangdao. Stok yang melimpah ini membuat harga spot menjadi sulit naik karena permintaan baru tidak cukup besar untuk menyerap kelebihan pasokan. Kombinasi stok tinggi dan penurunan impor menjadi alasan kuat di balik koreksi harga yang terjadi saat ini.
Tren ini menunjukkan bahwa pasar batu bara China semakin mandiri terhadap suplai luar negeri. Namun, ketergantungan pada produksi domestik juga memperbesar risiko oversupply jika konsumsi industri tidak segera pulih dalam beberapa bulan ke depan.
Harga Spot Thermal Coal Kini di Titik Rendah
Harga batu bara termal di pelabuhan utama China berada di kisaran 620–630 yuan per ton pada akhir Juli 2025. Angka ini merupakan level terendah dalam empat tahun terakhir dan sekitar 25% lebih rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Kondisi ini memperlihatkan tekanan harga yang kuat dari sisi fundamental pasar.
Meskipun sebelumnya sempat terjadi lonjakan singkat, harga spot kembali melemah karena faktor permintaan yang terbatas. Pelaku pasar kini memantau stok di pembangkit listrik dan pabrik baja untuk menentukan apakah koreksi ini akan bertahan atau berbalik dalam jangka pendek.
Tekanan Pada Harga Internasional dan Eksportir
Turunnya permintaan impor dari China segera memengaruhi harga batu bara global. Benchmark seperti Newcastle di Australia mengalami koreksi serupa, memicu kekhawatiran di kalangan eksportir utama seperti Indonesia dan Australia.
Ekspor batu bara Indonesia ke China bahkan tercatat turun hingga 30% pada pertengahan 2025. Penurunan ini menekan pendapatan produsen dan mendorong sebagian perusahaan mempertimbangkan pengurangan produksi untuk menjaga stabilitas harga di pasar global.
Prospek Jangka Menengah
Permintaan batu bara global diperkirakan akan stagnan atau sedikit menurun sepanjang 2025, sejalan dengan transisi energi bersih dan pelemahan konsumsi di sektor industri. Jika produksi tetap tinggi, risiko oversupply akan kembali menekan harga dalam beberapa bulan mendatang.
Produsen disarankan mengatur volume produksi agar stok tidak menumpuk. Sementara itu, investor dianjurkan untuk lebih berhati-hati dengan portofolio berbasis komoditas dan mulai melirik sektor energi alternatif yang lebih stabil menghadapi tren jangka panjang.
Buat anda yang ingin mengetahui informasi mengenai negeri China, kalian bisa kunjungi CRAZY CHINA, yang dimana akan selalu memberikan informasi terbaru mengenai China baik itu dari wisata, teknologi maupun tradisi dan budaya.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari www.law-justice.co
- Gambar Kedua dari www.bloombergtechnoz.com