Reputasi AS Menuju di Ujung Tanduk, China Siap Ambil Kesempatan
Reputasi Amerika Serikat (AS) sebagai kekuatan global yang dominan kini sedang berada di ujung tanduk China Siap Ambil Kesempatan.
Seiring dengan ketegangan politik domestik yang meningkat, pergeseran dalam kebijakan luar negeri, serta masalah ekonomi yang tak kunjung usai, posisi AS di panggung dunia semakin terancam. Di sisi lain, China, sebagai rival utama AS, memanfaatkan peluang ini untuk memperkuat pengaruhnya di berbagai belahan dunia. Dalam kondisi ini, AS harus berhati-hati, karena China siap mengambil kesempatan untuk menggantikan posisi dominannya di sejumlah aspek penting, dari ekonomi hingga politik global.
Kemunduran Reputasi AS di Mata Dunia
Selama beberapa dekade, AS telah dikenal sebagai pemimpin dunia. Terutama setelah berakhirnya Perang Dunia II. Keunggulannya dalam bidang ekonomi, teknologi, dan militer, ditambah dengan pengaruh politik yang kuat, membuatnya menjadi negara yang menentukan dalam hampir setiap isu global. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, citra dan reputasi AS mengalami penurunan drastis.
Salah satu faktor utama yang mengurangi reputasi AS adalah ketidakstabilan politik di dalam negeri. Perselisihan politik yang tajam antara pihak-pihak yang berseberangan, ditambah dengan polarisasi yang semakin dalam, menyebabkan negara ini tampak kurang mampu untuk menjadi teladan dalam hal pemerintahan demokratis. Keputusan-keputusan politik yang kontroversial, seperti pengunduran diri dari kesepakatan internasional penting (misalnya, Perjanjian Paris tentang perubahan iklim), serta kebijakan luar negeri yang terkadang tidak konsisten, telah menurunkan citra AS di mata banyak negara.
Di sisi ekonomi, meskipun AS tetap menjadi salah satu ekonomi terbesar di dunia, ketidakmerataan ekonomi dan meningkatnya kesenjangan sosial memperburuk situasi domestik. Ketidakpastian terkait utang nasional yang terus membengkak dan kebijakan fiskal yang tak stabil juga menambah ketegangan.
China Siap Mengambil Peluang
Melihat ketidakpastian yang melanda AS, China semakin percaya diri untuk menggantikan posisi dominan yang selama ini dipegang oleh Washington. Pemerintah China, yang dipimpin oleh Presiden Xi Jinping, berambisi untuk menjadi kekuatan super global dalam berbagai aspek.
China telah menunjukkan ambisi besar melalui inisiatif Belt and Road (BRI), yang menghubungkan lebih dari 140 negara di seluruh dunia melalui proyek infrastruktur raksasa. Proyek ini bukan hanya meningkatkan konektivitas. Tetapi juga memperluas pengaruh China di negara-negara berkembang, yang selama ini lebih bergantung pada AS untuk bantuan pembangunan.
Selain itu, China juga mulai meningkatkan pengaruhnya di organisasi internasional, seperti PBB dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), dengan mempromosikan sistem internasional yang lebih sesuai dengan kepentingan mereka. Hal ini memberikan China kesempatan untuk merombak tatanan dunia yang dipimpin oleh AS. Dengan menawarkan alternatif yang lebih menguntungkan bagi negara-negara berkembang.
China juga semakin mendominasi sektor teknologi dengan perusahaan-perusahaan besar seperti Huawei dan TikTok yang mendapatkan popularitas di seluruh dunia. Dalam bidang ekonomi, China adalah mitra dagang utama bagi banyak negara dan berpotensi menggantikan peran AS sebagai pusat keuangan global. Melalui kebijakan dalam negeri yang kuat dan pengawasan ketat terhadap ekonomi, China telah menunjukkan stabilitas yang sulit disaingi oleh AS dalam beberapa tahun terakhir.
Baca Juga: China Tuding Taiwan Serahkan Bisnis Chip ke Amerika
Tantangan Bagi AS
Kendati masih memiliki kekuatan besar dalam bidang militer dan teknologi. AS harus menghadapi beberapa tantangan besar yang dapat mempengaruhi posisinya di dunia. Selain ketidakstabilan politik domestik, AS juga menghadapi tantangan dari negara-negara yang semakin berani mengejar kebijakan yang lebih independen. Negara-negara Eropa, misalnya, mulai mencari jalur yang lebih pragmatis dalam hubungan mereka dengan China. Meskipun mereka tetap bersekutu dengan AS dalam banyak isu.
Di kawasan Asia-Pasifik, China semakin memperkuat kehadirannya melalui penguatan militer dan peningkatan pengaruhnya dalam forum-forum ekonomi regional. AS masih memiliki aliansi kuat dengan negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan Australia, namun ketegangan dalam hubungan dengan negara-negara ini semakin meningkat. Terutama terkait dengan kebijakan di Laut China Selatan dan Taiwan.
Selain itu, AS harus menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan dominasi dolar AS sebagai mata uang cadangan global. Sejumlah negara, terutama China dan Rusia, telah berusaha mengurangi ketergantungan pada dolar dalam perdagangan internasional. Dengan menggunakan mata uang mereka sendiri atau mata uang alternatif lainnya.