Sri Mulyani dan Menkeu China Sepakati Langkah Perkuat Sinergi Ekonomi Baru
Pertemuan antara Menteri Keuangan (Menkeu) Indonesia Sri Mulyani Indrawati dan Menteri Keuangan China Lan Fo’an di Beijing menjadi sorotan penting dalam dinamika hubungan ekonomi bilateral.
Diskusi ini digelar di sela pertemuan ke-10 Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB). Pertemuan ini menjadi wujud nyata arahan Presiden Prabowo dan Presiden Xi Jinping untuk mempererat kerja sama strategis. Di tengah ketidakpastian global, kolaborasi Indonesia–China menjadi penopang pertumbuhan inklusif.
Di bawah ini CRAZY CHINA akan membahas pertemuan penting antara Sri Mulyani dan Menteri Keuangan China yang memperkuat kerja sama ekonomi kedua negara di tengah tantangan global.
Mewujudkan Visi Strategis Prabowo–Xi Jinping
Pertemuan antara Sri Mulyani dan Lan Fo’an bukan sekadar agenda diplomasi biasa. Ia menjadi kelanjutan dari hasil kesepakatan strategis antara Presiden Prabowo dan Presiden Xi Jinping dalam memperkuat hubungan kedua negara. Indonesia dan Tiongkok sepakat untuk memperluas kolaborasi di berbagai bidang, terutama dalam pembangunan infrastruktur, investasi, serta stabilitas ekonomi kawasan.
Dalam pernyataan resminya di akun Instagram, Sri Mulyani menekankan pentingnya konsistensi antara kebijakan teknokratis dan visi kenegaraan yang diusung kedua pemimpin. “Kami membahas perkuatan hubungan bilateral Indonesia–RRT sebagai implementasi yang sejalan dan sesuai kesepakatan kedua pimpinan negara,” ujar Sri Mulyani.
Sinergi ini menjadi dasar pembentukan berbagai proyek strategis, mulai dari kereta cepat Jakarta–Bandung yang telah rampung hingga rencana kerja sama digitalisasi pelabuhan dan sistem pembayaran lintas negara. China menjadi mitra dagang terbesar Indonesia, dan penguatan ini akan semakin memperdalam keterkaitan ekonomi dua negara.
Peran AIIB Dalam Mendorong Kerja Sama Multilateral
Forum AIIB ke-10 bukan hanya menjadi panggung bagi pertemuan bilateral, tetapi juga memperkuat tekad bersama negara anggota untuk membangun kerja sama multilateral yang saling menguntungkan. AIIB, yang dibentuk 10 tahun lalu, kini telah memiliki 110 anggota dan menjadi institusi pembiayaan alternatif untuk pembangunan infrastruktur yang lebih adil dan terbuka.
Menteri Keuangan China Lan Fo’an menjelaskan filosofi dasar AIIB, yaitu menjunjung prinsip mutual respect, kemitraan yang kuat, inklusivitas, dan keterbukaan. AIIB tidak hanya menjadi simbol kekuatan ekonomi Asia, tetapi juga wadah yang efektif untuk mendorong pembiayaan proyek infrastruktur dengan risiko rendah dan dampak tinggi.
Keanggotaan Indonesia dalam AIIB turut memperluas akses pada sumber pendanaan pembangunan, sekaligus memperkuat posisi diplomatik dalam negosiasi regional. Proyek-proyek strategis yang didanai AIIB di Indonesia, seperti jalan tol, pembangkit listrik, dan pelabuhan, berperan penting dalam memperkuat konektivitas nasional dan kawasan.
Baca Juga: Strategi Baru China Bangun Ekonomi Konsumen dan Buka Pintu Global
Diskusi Soal Ekonomi Global dan Tantangan Perdagangan
Tak hanya membahas kerja sama bilateral, Sri Mulyani dan Lan Fo’an juga berdiskusi panjang mengenai kondisi ekonomi global yang penuh ketidakpastian. Salah satu isu hangat yang dibahas adalah kebijakan tarif perdagangan Amerika Serikat yang berdampak terhadap banyak negara, termasuk Indonesia dan China.
Kedua menteri sepakat bahwa dalam menghadapi proteksionisme dan ketegangan geopolitik. Negara-negara berkembang harus memperkuat fondasi ekonomi dalam negeri dan memperluas kerja sama regional. Infrastruktur dinilai sebagai kunci pemulihan ekonomi pasca pandemi dan sebagai alat diplomasi ekonomi yang strategis.
Sri Mulyani memuji pencapaian China dalam pembangunan infrastruktur fisik dan digital secara masif. Menurutnya, dunia memiliki banyak hal yang bisa dipelajari dari Tiongkok. Khususnya dalam hal konektivitas antarwilayah, efisiensi logistik, serta integrasi sistem digital dalam sektor keuangan.
“Dunia dapat belajar dari sukses RRT membangun ekonominya melalui pembangunan infrastruktur, termasuk infrastruktur digital, dan penerapan prinsip kerja sama serta keterbukaan,” ujarnya.
Kinerja Ekonomi China dan Harapan Regional
Dalam kesempatan tersebut, Menteri Lan Fo’an juga memaparkan capaian ekonomi China pada kuartal pertama tahun 2025. Ekonomi Tiongkok tumbuh sebesar 5,4 persen angka yang mencerminkan keberhasilan dalam menjaga stabilitas fiskal dan mengendalikan inflasi. Tingkat pengangguran pun menurun menjadi 5 persen dalam periode Maret hingga Mei 2025.
Yang tak kalah penting, rasio utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) China tercatat sebesar 68 persen. Menunjukkan manajemen fiskal yang relatif stabil di tengah ekspansi ekonomi besar-besaran. Angka-angka ini menjadi sinyal positif bagi kawasan Asia, khususnya bagi negara mitra seperti Indonesia.
Indonesia dan China menyadari bahwa kerja sama ekonomi yang kuat akan menciptakan efek domino positif bagi negara-negara berkembang lainnya. Dengan memperluas kerja sama dalam pembiayaan proyek strategis, pertukaran teknologi, dan digitalisasi sistem keuangan. Kedua negara berharap dapat menciptakan model pembangunan yang berkelanjutan dan adaptif terhadap tantangan zaman.
Kesimpulan
Pertemuan antara Sri Mulyani dan Menkeu Lan Fo’an menandai babak baru dalam hubungan strategis Indonesia–Tiongkok. Di tengah tekanan global yang menguji ketahanan ekonomi dunia. Kedua negara justru menunjukkan keteguhan dalam memperluas kerja sama yang saling menguntungkan.
Dari pembangunan infrastruktur, pembiayaan multilateral melalui AIIB, hingga pertukaran pandangan soal stabilitas global dialog ini memperkuat harapan akan masa depan kawasan yang lebih kokoh, inklusif, dan sejahtera. Sebuah bukti bahwa diplomasi ekonomi bukan sekadar pertemuan, tapi juga langkah nyata menuju kemajuan bersama.
Ikuti CRAZY CHINA dan dapatkan berita informasi terupdate menarik lainnya setiap harinya.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari economy.okezone.com
- Gambar Kedua dari herald.id