Jepang Terancam Rugi Rp 158 Triliun Tanpa Turis China
Jepang kini menghadapi ancaman kerugian besar senilai ± Rp 158 triliun jika arus wisatawan China benar-benar terhenti.

Angka ini bukan sekadar prediksi ringan perhitungan itu datang dari Takahide Kiuchi, seorang ekonom eksekutif di Nomura Research Institute.
Dia memperkirakan kerugian tahunan mencapai 1,49 triliun yen, sejalan dengan rekomendasi dari Beijing agar warganya menahan diri bepergian ke Jepang karena ketegangan diplomatik.
Dibawah ini Anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya tentang seputaran CRAZY CHINA.
Dampak Perang Dingin Pariwisata
Ketegangan diplomatik antara Tiongkok dan Jepang belakangan ini kembali memanas. Isu utamanya bermula dari pernyataan Perdana Menteri Jepang, Sanae Takaichi, yang menyebut bahwa Jepang mungkin akan menggunakan kekuatan militer jika konflik di Selat Taiwan semakin memburuk.
Komentar ini memicu reaksi keras dari Beijing, yang kemudian mengeluarkan imbauan bagi warganya untuk tidak melakukan perjalanan ke Jepang. Akibatnya, sektor pariwisata Jepang langsung terkena dampak besar.
Agen perjalanan asal China pun merespons dengan cepat. Sebagian bahkan menghentikan penjualan paket wisata ke Jepang, dan sejumlah pemesanan tiket dibatalkan dalam jumlah besar.
Menurut laporan, agen wisata berbasis di Beijing sudah menghentikan layanan tur grup maupun pribadi ke Jepang dan akan mengembalikan uang konsumen yang sudah membeli paket.
Kerugian Ekonomi yang Menghantam Jepang
Karena imbauan tersebut, analis dari Nomura Research Institute, Takahide Kiuchi, memperkirakan bahwa Jepang bisa kehilangan sekitar 1,49 triliun yen atau setara dengan Rp 150 triliun lebih dari potensi pengeluaran turis Tiongkok dalam setahun.
Prediksi ini dibuat berdasarkan asumsi penurunan sekitar 25 persen dari jumlah wisatawan China. Dengan mengacu pada pola penurunan kunjungan Tiongkok pada konflik serupa di masa lalu.
Lebih jauh, Kiuchi juga memperkirakan kerugian tambahan sekitar 290 miliar yen (sekitar Rp 30 triliun) karena berkurangnya wisatawan dari Hong Kong.
Baca Juga: Jepang-China Memanas, Travel Agen China Stop Jualan Tiket ke Jepang
Turis China Penting Untuk Jepang

Turis asal China merupakan salah satu kelompok wisatawan terbesar dan paling menguntungkan bagi Jepang. Dalam sembilan bulan pertama 2025, tercatat lebih dari 7,49 juta kunjungan dari Tiongkok, yang mendominasi hampir seperempat dari total wisatawan mancanegara yang datang ke Jepang.
Rata‑rata pengeluaran per turis China pun sangat tinggi, yaitu sekitar 239.000 yen per orang (sekitar puluhan juta rupiah), yang mencakup biaya akomodasi, belanja, transportasi, dan wisata.
Karena itu, kontribusi ekonomi dari wisatawan China bukan hanya jumlah orang. Tetapi juga seberapa besar uang yang mereka belanjakan selama di Jepang.
Ancaman yang Lebih Besar
Kerugian dari hilangnya turis China tidak hanya dirasakan sektor pariwisata saja. Sektor ritel, hotel, penerbangan, restoran, dan hiburan juga terkena imbas karena ketergantungan mereka pada aliran wisatawan China.
Sebagai contoh, maskapai penerbangan, hotel, dan operator taman hiburan di Jepang harus siap menghadapi penurunan pendapatan yang tajam jika turis China tidak kembali dalam jumlah besar.
Menurut beberapa analis, dampak jangka panjang dari hilangnya arus wisatawan China bisa memperlambat pemulihan ekonomi Jepang.
Dalam skenario terburuk, penurunan kunjungan ini bisa memukul pertumbuhan PDB Jepang dan menciptakan beban bagi sektor-sektor dengan eksposur kuat ke pariwisata.
Peluang Bagi Negara Lain
Sementara Jepang menghadapi potensi kerugian besar, negara lain melihat peluang. Indonesia, misalnya, mulai aktif menggarap pasar wisatawan Tiongkok yang batal ke Jepang. Kementerian Pariwisata Indonesia meningkatkan promosi ke wisatawan China. Terutama menjelang musim liburan Natal, Tahun Baru, dan Imlek.
Deputi Pemasaran Kementerian Pariwisata, Ni Made Ayu Marthini, menyatakan bahwa mereka akan memanfaatkan momen ini untuk menarik kembali wisatawan China ke destinasi wisata Indonesia seperti Bali, Lombok, Bromo, dan Manado.
Strategi tersebut termasuk berkolaborasi dengan agen perjalanan serta maskapai China. Agar mereka mempertimbangkan kembali liburan ke Indonesia.
Simak dan ikuti terus informasi menarik lainnya tentang berita terkini, wisata dan teknologi China hanya di CRAZY CHINA.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari news.detik.com
- Gambar Kedua dari travel.detik.com