Uni Eropa Imbau China dan Taiwan Redam Ambisi di Tengah Latihan Militer
China mengadakan latihan militer di sekitar Taiwan, yang dikecam oleh Taiwan dan dikutuk oleh Amerika Serikat.
Uni Eropa menyerukan semua pihak untuk menahan diri agar ketegangan tidak meningkat. Di sini CRAZY CHINA akan mengulas secara mendalam tentang latihan militer China di sekitar Taiwan, reaksi internasional yang menyusul, dan implikasi yang mungkin timbul dari eskalasi ketegangan ini.
Latihan Militer China Diumumkan
Militer China meluncurkan latihan militer di perairan dan wilayah udara sekitar Taiwan. Latihan ini melibatkan berbagai cabang militer, termasuk angkatan laut, udara, darat, dan pasukan roket. Juru bicara Komando Teater Timur Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), menyatakan bahwa latihan ini merupakan “peringatan keras dan penahanan paksa terhadap kemerdekaan Taiwan”.
Latihan tersebut diberi nama kode “Strait Thunder-2025A”. Berfokus pada kemampuan pasukan untuk melakukan blokade bersama, mengendalikan wilayah, dan melancarkan serangan presisi terhadap target-target penting.
Latihan tersebut mencakup latihan tembakan langsung jarak jauh di Laut China Timur, yang melibatkan serangan presisi pada target simulasi seperti pelabuhan utama dan fasilitas energi. Komando Teater Timur China menyatakan bahwa latihan ini telah mencapai efek yang diinginkan.
Kementerian Pertahanan Taiwan melaporkan bahwa 76 pesawat dan 15 kapal perang China terlibat dalam latihan tersebut. Taiwan juga menanggapi dengan mengirimkan kapal perang untuk memantau situasi. China menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan tidak pernah meninggalkan kemungkinan penggunaan kekuatan untuk membawa pulau itu di bawah kendalinya.
Latihan ini dilakukan setelah meningkatnya ketegangan antara China dan Taiwan, terutama setelah Presiden Taiwan Lai Ching-te disebut sebagai “parasit” oleh China. Lai, yang memenangkan pemilihan dan menjabat tahun lalu, menolak klaim kedaulatan Beijing dan mengatakan hanya rakyat Taiwan yang dapat memutuskan masa depan mereka.
Baca Juga:
Reaksi Internasional Terhadap Latihan Militer
Latihan militer China memicu reaksi keras dari Taiwan dan kecaman dari Amerika Serikat. Taiwan mengecam latihan tersebut sebagai “provokasi irasional” dan menuduh China sebagai “pembuat onar”. Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan bahwa pihaknya telah melacak 19 kapal angkatan laut China di perairan sekitar pulau itu.
Amerika Serikat, sebagai pendukung internasional terbesar Taiwan, mengutuk latihan tersebut dan menyebutnya sebagai “ancaman dan operasi tekanan militer yang tidak bertanggung jawab di dekat Taiwan”. Departemen Luar Negeri AS menyatakan bahwa tindakan China hanya memperburuk ketegangan dan merusak perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan.
Uni Eropa juga menyatakan keprihatinannya atas latihan militer China. Seorang juru bicara Uni Eropa mengatakan bahwa Uni Eropa memiliki kepentingan langsung dalam menjaga status quo di Selat Taiwan dan menentang tindakan sepihak apa pun yang mengubah status quo dengan paksa atau paksaan.
Uni Eropa menyerukan semua pihak untuk menahan diri dan menghindari tindakan apa pun yang dapat semakin meningkatkan ketegangan. Jepang juga menyampaikan keprihatinannya kepada Beijing atas latihan tersebut.
Tujuan dan Implikasi Latihan Militer
China menyatakan bahwa latihan militer ini bertujuan untuk memperingatkan pasukan separatis kemerdekaan Taiwan dan untuk menjaga kedaulatan dan persatuan nasional China. Latihan ini juga dapat dilihat sebagai respons terhadap kebijakan dan pernyataan Presiden Taiwan Lai Ching-te, yang dianggap oleh China sebagai pro-kemerdekaan.
Para analis meyakini latihan ini juga dimaksudkan untuk mengirim pesan kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Ini menunjukkan tekad Tiongkok dalam mempertahankan klaimnya atas Taiwan
Latihan ini meningkatkan ketegangan di Selat Taiwan dan berpotensi mengganggu stabilitas regional. Khawatir bahwa tindakan China dapat meningkatkan risiko salah perhitungan dan konflik yang tidak disengaja.
Respon Taiwan dan Upaya Untuk Menjaga Stabilitas
Menanggapi latihan militer China, Taiwan telah mengambil langkah-langkah untuk memantau situasi dan memastikan kesiapannya. Kementerian Pertahanan Taiwan telah mengerahkan kapal dan pesawat militer untuk memantau aktivitas China. Taiwan juga telah mendirikan kelompok respons pusat untuk mengoordinasikan tanggapan terhadap latihan tersebut.
Presiden Taiwan Lai Ching-te telah menyerukan China untuk menghentikan intimidasi militernya dan untuk melanjutkan dialog lintas selat. Pemerintah Taiwan juga telah mencari dukungan internasional untuk mempertahankan diri dan menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan ini.
Meskipun ketegangan meningkat, Taiwan tetap berkomitmen untuk menjaga status quo dan mencari solusi damai untuk perbedaan dengan China. Simak dan ikuti terus CRAZY CHINA agar Anda tidak ketinggalan informasi menarik lainnya yang terupdate setiap harinya.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari news.detik.com
- Gambar Kedua dari www.reuters.com