Xi Jinping Menolak Hadiri Peringatan 50 Tahun Uni Eropa-China, Kenapa?

Baru-baru ini, dunia dikejutkan dengan keputusan Presiden China, Xi Jinping, yang menolak untuk meng hadiri acara peringatan 50 tahun hubungan diplomatik antara Uni Eropa (UE) dan China.

Xi Jinping Menolak Hadiri Peringatan 50 Tahun Uni Eropa-China, Kenapa?

Acara yang dijadwalkan di Brussels, Belgia, tersebut dianggap sangat penting sebagai momentum untuk merayakan setengah abad hubungan bilateral yang telah terjalin antara kedua entitas besar ini. Namun, alih-alih berpartisipasi langsung dalam acara tersebut, Xi Jinping memilih untuk mengirimkan Perdana Menteri China, Li Qiang, sebagai wakil yang akan menghadiri pertemuan tersebut dan bertemu dengan pemimpin UE.

Seperti Presiden Dewan Eropa, Charles Michel, dan Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen. Keputusan ini tentunya menarik perhatian dunia internasional. Mengingat bahwa hubungan antara China dan Uni Eropa sangat krusial. Langkah Xi Jinping ini bisa saja mencerminkan pesan tertentu yang ingin disampaikan kepada negara-negara Eropa.

Namun, apa sebenarnya yang mendasari keputusan Xi Jinping untuk menolak hadir langsung dalam acara besar tersebut? Artikel CRAZY CHINA ini akan membahas berbagai faktor yang berkontribusi terhadap keputusan ini serta implikasi yang mungkin timbul.

tebak skor hadiah pulsa  

Ketegangan Diplomatik yang Meningkat

Salah satu faktor utama yang berpotensi menyebabkan Xi Jinping menolak undangan ini adalah ketegangan diplomatik yang semakin meningkat antara China dan Uni Eropa. Ketegangan tersebut semakin tajam setelah invasi Rusia ke Ukraina pada 2022. Uni Eropa, sebagai blok negara yang memiliki hubungan dekat dengan Amerika Serikat dan NATO.

Menganggap sikap China yang cenderung mendukung Rusia sebagai sesuatu yang mempersulit hubungan bilateral. Banyak negara Eropa yang merasa kecewa karena China tidak cukup tegas dalam mengecam Rusia atas tindakannya di Ukraina. Uni Eropa semakin merasakan tekanan akibat kebijakan luar negeri China yang terlihat lebih berpihak kepada Rusia.

Yang menyebabkan ketegangan dalam hubungan dengan negara-negara Barat, termasuk Eropa. Oleh karena itu, banyak pengamat yang melihat penolakan Xi Jinping untuk hadir dalam peringatan 50 tahun ini sebagai langkah diplomatik untuk menanggapi ketegangan tersebut dan menunjukkan sikap tertentu terhadap kebijakan luar negeri Eropa.

Isu Perdagangan, Tarif dan Kendala Ekonomi

Selain ketegangan geopolitik, masalah perdagangan juga turut menjadi sumber ketegangan dalam hubungan antara China dan Uni Eropa. Salah satu isu utama yang memicu ketegangan ini adalah kebijakan tarif yang diberlakukan oleh Uni Eropa terhadap impor kendaraan listrik dari China.

Uni Eropa menuduh China memberikan subsidi besar-besaran kepada industri kendaraan listriknya, yang dinilai merugikan produsen mobil Eropa. Kebijakan tarif ini berdampak besar pada hubungan perdagangan bilateral dan semakin memperburuk iklim ekonomi antara kedua pihak. China merasa bahwa langkah Uni Eropa tersebut adalah bentuk proteksionisme yang merugikan perdagangan bebas dan saling menguntungkan.

Sebagai balasan, China pun meningkatkan tekanan dengan berbagai kebijakan yang lebih proteksionis terhadap produk-produk Eropa. Dalam konteks ini, kehadiran Xi Jinping dalam pertemuan peringatan tersebut mungkin dianggap tidak akan menguntungkan, mengingat ketegangan yang ada seputar isu perdagangan dan ekonomi.

Kebijakan Luar Negeri China yang Semakin Mandiri

Penolakan Xi Jinping untuk menghadiri peringatan 50 tahun hubungan China-UE ini juga mencerminkan kebijakan luar negeri China yang semakin mandiri. Dan tidak ingin terlalu bergantung pada hubungan dengan negara-negara Barat.

Sejak beberapa tahun terakhir, China telah meningkatkan fokus pada kebijakan luar negeri yang lebih fokus pada kepentingan domestik dan memperkuat hubungan dengan negara-negara di luar Barat, seperti dengan negara-negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin.

Kebijakan luar negeri China yang lebih pragmatis dan mandiri ini tercermin dalam peran aktif China dalam mengembangkan inisiatif-inisiatif. Seperti Belt and Road Initiative (BRI), yang bertujuan untuk memperluas pengaruh ekonomi dan diplomatik China di seluruh dunia.

Dalam konteks ini, Xi Jinping mungkin melihat pertemuan dengan Uni Eropa sebagai sesuatu yang tidak lagi memberikan keuntungan signifikan bagi China, sehingga ia memilih untuk mengirimkan perwakilan yang lebih rendah, yakni Perdana Menteri Li Qiang.

Baca Juga:

Pengaruh Utusan Khusus Lu Shaye

Xi Jinping Menolak Hadiri Peringatan Uni Eropa-China

Keputusan Xi Jinping untuk menolak undangan ini juga mungkin dipengaruhi oleh pengangkatan Lu Shaye sebagai utusan khusus China untuk urusan Eropa. Lu Shaye dikenal dengan pendekatan diplomatik yang lebih agresif dan kontroversial, yang tidak selalu diterima dengan baik oleh negara-negara Eropa.

Pada beberapa kesempatan, Lu Shaye mengeluarkan pernyataan yang dianggap oleh banyak pihak di Eropa. Sebagai bentuk campur tangan dalam urusan dalam negeri negara-negara Eropa.

Hal ini menambah ketegangan dalam hubungan diplomatik antara China dan Uni Eropa. Kebijakan luar negeri yang diterapkan oleh Lu Shaye menekankan posisi China yang lebih keras dan lebih sedikit kompromi terhadap tekanan dari negara-negara Barat.

Ini mungkin menjadi faktor tambahan yang memengaruhi keputusan Xi Jinping untuk tidak hadir dalam pertemuan tersebut. Sebagai pemimpin negara, Xi mungkin ingin menjaga citra dan posisi China di panggung internasional dengan menghindari acara yang bisa memperburuk hubungan dengan negara-negara Eropa.

Alternatif dan Perwakilan China

Meskipun Xi Jinping tidak hadir langsung, China tetap mengirimkan delegasi tingkat tinggi yang dipimpin oleh Perdana Menteri Li Qiang. Kehadiran Li Qiang dianggap sebagai langkah yang lebih praktis dan strategis mengingat ketegangan yang ada.

Li Qiang adalah pejabat yang lebih fokus pada masalah ekonomi dan perdagangan, yang tentunya lebih relevan untuk dibahas dalam pertemuan dengan Uni Eropa yang bertujuan memperkuat hubungan perdagangan.

Peran Li Qiang dalam acara tersebut juga mencerminkan pergeseran dalam prioritas diplomatik China. Dengan Li Qiang sebagai wakil, China tidak hanya menunjukkan bahwa mereka tetap berkomitmen pada hubungan dengan Uni Eropa.

Tetapi juga bahwa mereka siap untuk menavigasi pertemuan-pertemuan penting ini dengan pendekatan yang lebih diplomatis dan pragmatis.

Masa Depan Hubungan China-Uni Eropa

Meskipun ada ketegangan dan penolakan Xi Jinping untuk hadir dalam peringatan 50 tahun hubungan ini. Kedua pihak tetap berupaya menjaga hubungan bilateral mereka. China terus menekankan pentingnya rasa saling menghormati dan kerja sama saling menguntungkan dalam hubungan mereka dengan Uni Eropa.

Di sisi lain, Uni Eropa juga menyadari pentingnya hubungan ekonomi dengan China, yang merupakan salah satu mitra dagang terbesar mereka. Kedua belah pihak kemungkinan akan melanjutkan upaya untuk mengatasi perbedaan mereka dan menemukan titik temu dalam berbagai isu.

Termasuk perdagangan, perubahan iklim, dan masalah geopolitik lainnya. Meskipun terdapat ketegangan, hubungan China-Uni Eropa tidak bisa dipandang sebagai sesuatu yang akan berakhir begitu saja, mengingat betapa vitalnya peran keduanya di kancah global.

Kesimpulan

Keputusan Xi Jinping untuk menolak undangan meng hadiri peringatan 50 tahun hubungan China-Uni Eropa mencerminkan kompleksitas hubungan bilateral kedua pihak. Ketegangan yang dipicu oleh perbedaan pandangan mengenai Ukraina, kebijakan perdagangan.

Dan pendekatan luar negeri China menjadi faktor-faktor yang mendorong keputusan ini. Namun, langkah ini juga bisa dilihat sebagai taktik diplomatik yang cerdas. Dimana China menunjukkan bahwa mereka tidak terikat pada hubungan dengan Uni Eropa dan siap untuk menjalankan kebijakan luar negeri yang lebih mandiri.

Meskipun begitu, China dan Uni Eropa tetap berusaha untuk memperbaiki hubungan mereka. Ke depannya, hubungan antara kedua entitas besar ini kemungkinan akan terus berkembang, meskipun tantangan dan perbedaan tetap ada.

Keputusan Xi Jinping ini, meskipun tampak kontroversial, mungkin hanyalah bagian dari dinamika yang lebih besar dalam hubungan global yang terus berubah. Simak dan ikuti terus CRAZY CHINA agar Anda tidak ketinggalan informasi menarik lainya yang terupdate setiap hari.


Sumber Informasi Gambar:

  1. Gambar Pertama dari detik.com
  2. Gambar Kedua dari cnnindonesia.com

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *