5 Negara yang Wilayahnya Pernah Diklaim Milik China, Siapa Saja?
5 Negara diklaim milik china seperti India, Vietnam, Filipina, Bhutan, dan Jepang harus menghadapi tekanan diplomatik.
Bukan hanya di Laut Cina Selatan, ambisi teritorial China juga merambah ke daratan dan pegunungan, menjadikan beberapa negara tetangganya harus terus bersiaga menghadapi potensi konfrontasi diplomatik atau bahkan militer.
Dibawah ini CRAZY CHINA akan membahas lima negara yang wilayahnya pernah (atau masih) diklaim oleh China, mencerminkan wajah kompleks dari politik ekspansi Beijing.
1. India
India barangkali menjadi negara yang paling konsisten berhadapan dengan klaim teritorial dari China. Sejak Perang Perbatasan Tiongkok-India tahun 1962, ketegangan dua negara raksasa Asia ini tak pernah benar-benar mereda.
Salah satu wilayah yang menjadi titik panas adalah Aksai Chin, yang saat ini dikuasai oleh China namun diklaim oleh India sebagai bagian dari wilayah Ladakh. Sebaliknya, China mengeklaim sebagian besar Arunachal Pradesh, negara bagian di timur laut India. Sebagai bagian dari wilayahnya yang disebut “Tibet Selatan”.
Benturan fisik bahkan sempat terjadi di Lembah Galwan tahun 2020, mengakibatkan korban jiwa di kedua belah pihak. Meski tanpa senjata api, pertikaian tersebut mengindikasikan betapa rentannya kawasan Himalaya terhadap konflik terbuka antara dua kekuatan nuklir Asia.
2. Vietnam
Vietnam menjadi negara dengan posisi geopolitik yang sangat rumit ketika membahas klaim China atas Laut China Selatan. Klaim Beijing atas hampir seluruh wilayah laut ini, yang tergambar dalam “Nine-Dash Line” (Garis Sembilan Putus), menabrak kedaulatan sejumlah negara Asia Tenggara termasuk Vietnam.
Vietnam secara historis memiliki kontrol atas beberapa kepulauan seperti Paracel dan Spratly, namun China telah menduduki dan mempersenjatai beberapa bagian dari gugusan tersebut. Ketegangan memuncak pada 2014 saat China memasang rig pengeboran minyak di perairan yang diklaim oleh Hanoi, memicu protes anti-China besar-besaran di Vietnam.
Meski upaya diplomasi terus berlangsung, Vietnam tetap waspada, memperkuat armada lautnya serta menjalin kemitraan strategis dengan kekuatan regional dan global guna membendung ekspansi maritim China.
Baca Juga: Spesies Kepiting China Menemukan Rumah Baru di Sungai AS
3. Filipina
Filipina adalah salah satu negara yang mengambil jalur hukum internasional untuk melawan klaim sepihak China atas Laut China Selatan. Pada 2016, Pengadilan Arbitrase Permanen di Den Haag memenangkan Filipina dalam sengketa atas zona ekonomi eksklusif mereka yang dilanggar oleh aktivitas China. Khususnya di sekitar Scarborough Shoal dan Kepulauan Spratly.
Namun, meski keputusan itu secara hukum membatalkan legitimasi “Nine-Dash Line”. China menolak putusan tersebut dan tetap memperluas kehadiran militernya di wilayah sengketa. Jet tempur, kapal penjaga pantai bersenjata, dan bangunan militer di atas atol buatan menjadi bukti fisik dominasi Beijing di kawasan yang sangat strategis ini.
Bagi Filipina, situasi ini menjadi dilema besar menjaga kedaulatan atau mempertahankan hubungan ekonomi dengan raksasa Asia itu. Pemerintahan silih berganti di Manila terus mencoba menyeimbangkan keduanya dengan hasil yang masih jauh dari memuaskan.
4. Bhutan
Bhutan, negeri mungil yang terletak di antara dua kekuatan besar Asia india dan China juga tak luput dari konflik perbatasan. Klaim China atas Doklam Plateau, wilayah yang secara historis berada di bawah kendali Bhutan, mencuat ke permukaan dalam bentrokan antara pasukan India dan China pada tahun 2017.
Meskipun bukan bagian dari Bhutan secara administratif. India memiliki perjanjian pertahanan dengan negara itu. Sehingga keterlibatannya dalam konflik Doklam menjadi tak terelakkan. Insiden tersebut berlangsung selama lebih dari dua bulan sebelum akhirnya kedua belah pihak menarik pasukannya.
Walaupun kini relatif tenang, China masih mencoba mempengaruhi Bhutan lewat jalur diplomasi dan tekanan ekonomi agar bersedia menyepakati peta batas yang menguntungkan Beijing. Bhutan, yang tak memiliki hubungan diplomatik formal dengan China. Terus bergulat menjaga kedaulatannya dari tekanan dua arah.
5. Jepang
Meskipun jarang disebutkan dalam narasi besar “China versus Asia Tenggara”, Jepang sesungguhnya juga terjebak dalam sengketa wilayah dengan China. Khususnya atas Kepulauan Senkaku (dikenal di China sebagai Diaoyu).
Kepulauan tak berpenghuni di Laut China Timur ini dikuasai oleh Jepang sejak tahun 1895, namun China mulai menunjukkan klaimnya secara aktif sejak tahun 1970-an. Terutama setelah ditemukannya potensi sumber daya alam di sekitarnya.
Patroli kapal militer dan penjaga pantai dari kedua negara kerap saling berhadapan di perairan sekitar Senkaku. Ketegangan meningkat setiap kali Jepang memperkuat kehadirannya atau ketika pejabat China mengeluarkan pernyataan bernada tegas.
Meskipun hubungan ekonomi kedua negara sangat erat, isu Senkaku tetap menjadi titik rawan yang mampu memantik ketegangan serius di kawasan Asia Timur.
Kesimpulan
Klaim teritorial China atas wilayah negara lain bukan semata persoalan sejarah atau interpretasi peta. Melainkan bagian dari strategi jangka panjang Beijing dalam membentuk tatanan kawasan yang menguntungkan posisinya sebagai kekuatan dominan.
Dengan menggunakan campuran tekanan militer, diplomasi ekonomi, dan kontrol narasi. China secara sistematis berusaha menegaskan klaimnya meskipun bertentangan dengan hukum internasional.
Negara-negara yang pernah (atau masih) menghadapi klaim semacam itu berada dalam posisi sulit. Mereka harus mengelola keseimbangan antara menjaga kedaulatan dan mempertahankan stabilitas hubungan bilateral.
Dalam era multipolar seperti saat ini, pertarungan batas wilayah bukan hanya soal garis di peta melainkan pertarungan atas identitas, martabat, dan hak untuk menentukan nasib sendiri di tengah percaturan global yang kian dinamis.
Manfaatkan juga waktu anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi informasi terupdate lainnya hanya di CRAZY CHINA.
- Gambar Utama dari www.kompas.com