Rivalitas Amerika China Picu Kekhawatiran Konflik Dunia

Rivalitas antara Amerika Serikat dan China semakin memicu kekhawatiran akan potensi konflik global, persaingan yang meluas dari sektor ekonomi dan teknologi.

Rivalitas Amerika China Picu Kekhawatiran Konflik Dunia

China masih bersikap hati-hati memberi bantuan material kepada Venezuela. Meski hubungan kedua negara sudah lama terjalin. Beijing sejauh ini hanya menunjukkan dukungan verbal di tengah meningkatnya ketegangan akibat blokade militer Amerika Serikat terhadap kapal tanker minyak Venezuela yang terkena sanksi. Dibawah ini Anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya tentang seputaran .

tebak skor hadiah pulsa  

China Pilih Hati-Hati Dukung Venezuela di Tengah Tekanan AS

Bersikap hati-hati menghadapi ketegangan Venezuela Amerika Serikat dengan hanya menyampaikan dukungan politik, tanpa menyebut bantuan konkret. Meski situasi memanas akibat langkah militer AS dan blokade terhadap kapal tanker minyak Venezuela.

Sikap tersebut mencerminkan posisi diplomatik China yang rumit, di mana Beijing harus menyeimbangkan hubungan dengan pemerintahan Nicolás Maduro dan kepentingannya di Amerika Latin. Sekaligus menjaga stabilitas hubungan dengan Amerika Serikat di tengah konflik dagang dan isu strategis.

Berupaya menghindari langkah yang dapat memicu eskalasi konflik dengan Amerika Serikat, sambil tetap menegaskan hubungan strategis dengan Venezuela. Beijing memilih pendekatan dukungan politik dan diplomatik, menolak tekanan sepihak. Namun menahan diri dari komitmen material agar tidak memperkeruh hubungan global.

China Tegaskan Dukungan Politik Tanpa Singgung AS

China menolak perundungan sepihak dan mendukung negara dalam menjaga kedaulatan. Menlu Wang Yi menegaskan Venezuela berhak menjalin kerja sama independen dan menyatakan keyakinan bahwa komunitas internasional mendukung posisi negara tersebut.

Pernyataan China tidak menyebut AS secara langsung, mencerminkan dilema strategis Beijing. Mendukung Venezuela secara diplomatik tanpa merusak hubungan dengan Washington.

Blokade AS membuat China harus memilih antara menjaga hubungan dengan Washington atau mendukung Maduro. Sehingga Beijing bersikap hati-hati dengan dukungan prinsipil tanpa memicu ketegangan global.

Baca Juga: Rekor Baru! Minyak Mentah Arab Saudi Mengalir Deras ke China

China Dukung Venezuela, AS Terus Tekan Caracas

China Dukung Venezuela, AS Terus Tekan Caracas

Memberikan pinjaman besar kepada Venezuela, mendukung permintaan Caracas menggelar pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB, menunjukkan komitmen diplomatik tanpa memicu konflik langsung dengan AS.

China dan AS menjaga jalur diplomatik terbuka melalui undangan kunjungan kenegaraan, sementara AS meningkatkan tekanan terhadap Venezuela, menuntut pengembalian aset dan menegaskan blokade tanker minyak terkait kerugian investasi dan tuduhan narkoba.

Situasi ini mencerminkan ketegangan diplomatik yang kompleks: China berupaya mendukung Venezuela secara politik dan diplomatis, sementara AS meningkatkan tekanan ekonomi dan hukum, sehingga kedua kekuatan besar berperan penting dalam dinamika geopolitik Amerika Latin.

Ketegangan AS-Venezuela Memuncak, Minyak dan Narkoba Jadi Isu Utama

Ketegangan AS-Venezuela meningkat karena nasionalisasi minyak Venezuela pada era Chávez dan Maduro, yang menggusur dominasi perusahaan AS. Kompensasi dianggap kurang, sehingga pada 2014 panel arbitrase memerintahkan Venezuela membayar 1,6 miliar dolar AS kepada ExxonMobil.

Di era Trump, AS menyoroti dugaan keterlibatan Maduro dalam perdagangan narkoba, termasuk tuduhan memanfaatkan minyak Venezuela untuk mendanai kejahatan, yang dibantah Maduro.

Ketegangan memuncak setelah AS menyita tanker minyak Venezuela dan mengerahkan militer, menewaskan 99 orang dalam serangan terhadap kapal yang dicurigai narkoba, mencerminkan konflik energi, keamanan, dan politik internasional.

Ikuti selalu informasi menarik dari kami setiap hari, dijamin terupdate dan terpercaya, hanya di CRAZY CHINA.


Sumber Informasi Gambar:

  1. Gambar Pertama dari DEMOCRAZY.ID
  2. Gambar Kedua dari CNBC Indonesia

Similar Posts