China Cabut Larangan Ekspor Mineral Langka ke 28 Perusahaan AS
China cabut larangan ekspor mineral langka kepada 28 perusahaan Amerika Serikat (AS), yang menandai pergeseran penting dalam kedua negara.
Keputusan ini merupakan respon atas ketegangan perdagangan yang berlangsung sengit dalam beberapa bulan terakhir. Mineral langka sangat penting bagi industri teknologi dan militer, sehingga kebijakan pembatasan ekspor ini sempat menimbulkan kekhawatiran besar di AS.
Dibawah ini CRAZY CHINA akan membahas dengan pelonggaran aturan ini, diharapkan pasokan mineral langka yang diperlukan AS bisa kembali lancar, sekaligus membuka peluang dialog ekonomi yang lebih positif antara China dan AS.
Latar Belakang Pembatasan Ekspor Mineral Langka
Pada awal April 2025, China menerapkan langka jenis logam tanah jarang, termasuk samarium, gadolinium, terbium, disprosium, lutetium, skandium, dan yttrium. Langkah ini dipicu oleh kekhawatiran atas ketergantungan AS terhadap rantai pasok mineral penting yang digunakan di berbagai sektor, terutama militer dan teknologi tinggi.
Barang-barang ini sangat strategis karena berperan vital dalam produksi alat utama sistem persenjataan AS. Seperti radar sistem pemandu rudal hipersonik, serta senjata berpemandu laser. Kebijakan ini memerlukan lisensi ekspor khusus dari pemerintah China dengan alasan keamanan nasional, sehingga secara efektif membatasi aliran mineral kritis ke AS.
Dampak Pembatasan Terhadap Perang Dagang
Pembatasan ekspor oleh China sempat memicu kecemasan di kalangan pelaku industri teknologi dan manufaktur di AS, yang bergantung pada mineral langka ini untuk produksi mereka. Ketidakpastian pasokan ini membebani produsen komponen teknologi dan semikonduktor. Menimbulkan risiko signifikan bagi keamanan nasional AS serta keunggulan teknologinya di sektor militer.
Selain itu, kebijakan tersebut mengingatkan pada tindakan serupa yang pernah dilakukan China terhadap Jepang pada tahun 2010. Sebagai alat tekanan geopolitik, yang menunjukkan penggunaan rantai pasok mineral sebagai instrumen diplomasi ekonomi.
Baca Juga:
Detail Larangan & Penerapan 28 Perusahaan AS
China awalnya menargetkan 16 entitas AS pada 4 April 2025 dan menambahkan 12 perusahaan lainnya pada 9 April. Sehingga totalnya menjadi 28 perusahaan yang terkena pembatasan dalam daftar kontrol ekspor.
Beberapa perusahaan ini masuk dalam daftar entitas yang dianggap melibatkan penggunaan ganda, yakni produk yang bisa dipakai baik untuk keperluan sipil maupun militer. Pembatasan ekspor ini mencakup unsur logam tanah jarang menengah dan berat seperti disprosium, gadolinium, lutetium, samarium, skandium, terbidium, dan yttrium.
Keputusan China Mencabut Larangan Ekspor
Pada tanggal 14 Mei 2025, Kementerian Perdagangan China mengumumkan penangguhan sementara pembatasan tersebut. Selama 90 hari sebagai bentuk pelonggaran hubungan dagang dengan AS. Dengan kebijakan ini, eksportir tanah jarang dan barang-barang lain yang sebelumnya dibatasi kini diizinkan mengajukan lisensi ekspor.
Dalam periode tersebut, membuka peluang bagi aktivitas ekspor berlisensi kepada perusahaan AS yang termasuk dalam daftar kontrol. Ini merupakan tanda positif bahwa kedua negara tengah berupaya meredakan ketegangan perdagangan yang sebelumnya memanas.
Implikasi & Harapan Industri Ekspor
Pelonggaran pembatasan ekspor ini memberikan angin segar bagi perusahaan-perusahaan AS yang bergerak di sektor teknologi, manufaktur, dan militer. Dengan ketersediaan mineral langka yang lebih terbuka, para pelaku industri mendapat peluang untuk mengurangi gangguan pasokan dan memulihkan operasi produksi mereka.
Namun, sebagian besar analisis mencatat bahwa langkah ini bersifat sementara dan memperingatkan risiko bahwa ketegangan. Dapat kembali memburuk jika tidak diikuti oleh upaya diplomasi yang berkelanjutan dan meyakinkan.
Kesimpuan
China cabut larangan ekspor mineral langka ini menunjukkan perbaikan iklim perdagangan ke Amerika Serikat (AS). Belum ada pernyataan resmi dari pihak China yang menyatakan bahwa pembatasan ekspor sepenuhnya dicabut secara permanen. Situasi ini menunjukkan bahwa kedua negara masih berada dalam fase negosiasi yang dinamis dan kompleks.
Ke depan, kestabilan hubungan perdagangan akan sangat bergantung pada komitmen kedua belah pihak untuk menjaga komunikasi terbuka serta kesepakatan bilateral yang berkelanjutan. Manfaatkan juga waktu anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi informasi terupdate lainnya hanya di CRAZY CHINA.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari rctiplus.com
- Gambar Kedua dari m.jpnn.com