India Diversifikasi Impor, China Tak Lagi Jadi Andalan Utama
India diversifikasi impor sebagai salah satu kekuatan ekonomi terbesar di Asia dalam merombak struktur perdagangannya.
Upaya diversifikasi impor ini bukan semata bersifat reaktif terhadap dinamika geopolitik, tetapi juga mencerminkan visi jangka panjang untuk memperkuat kemandirian ekonomi nasional serta mengurangi risiko strategis dalam rantai pasok global.
Ketergantungan Historis Terhadap Impor dari China
Selama lebih dari satu dekade, China telah menjadi mitra dagang terbesar India. Data dari Kementerian Perdagangan dan Industri India menunjukkan bahwa nilai perdagangan bilateral antara India dan China mencapai lebih dari USD 115 miliar pada tahun 2022, dengan defisit perdagangan yang signifikan bagi pihak India.
Produk-produk dari China membanjiri pasar India, mulai dari komponen elektronik, mesin industri, produk farmasi, hingga barang konsumsi sehari-hari.
Ketergantungan ini, meskipun memberikan kemudahan akses terhadap barang murah dan mendukung perkembangan industri domestik, mulai dipandang sebagai hambatan strategis.
Ketika ketegangan di perbatasan kedua negara memuncak, terutama dalam insiden di Lembah Galwan pada tahun 2020. Tekanan politik meningkat dan mendorong India untuk mengevaluasi ulang hubungan ekonominya dengan Tiongkok.
Kebijakan Nasional Untuk Diversifikasi
Sejak saat itu, pemerintah India mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mengurangi dominasi produk impor asal China. Salah satunya adalah melalui inisiatif “Atmanirbhar Bharat” atau “India Mandiri,” yang bertujuan mendorong produksi domestik dan menggantikan produk impor dengan barang buatan dalam negeri.
Selain itu, pemerintah juga memperkuat kerja sama dagang dengan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara, Eropa, dan Timur Tengah.
India secara aktif memperluas jaringan perdagangannya melalui perjanjian dagang bilateral dan regional. Upaya ini terlihat dalam penguatan hubungan ekonomi dengan negara-negara seperti Vietnam, Indonesia, Korea Selatan, Jepang, Australia, dan Uni Emirat Arab. Negara-negara tersebut kini mulai menjadi alternatif utama sumber impor bagi India, menggantikan peran dominan yang sebelumnya dipegang oleh China.
Baca Juga:
Dampak Geopolitik
Langkah India untuk mengurangi ketergantungan terhadap China juga memiliki implikasi geopolitik yang signifikan. India kini semakin dipandang sebagai kekuatan regional yang mandiri dan tidak mudah dipengaruhi oleh dominasi satu negara.
Dalam forum-forum internasional seperti G20 dan BRICS, India kerap menekankan pentingnya diversifikasi rantai pasok global serta perlunya sistem perdagangan internasional yang adil dan setara.
Hal ini turut memperkuat posisi India dalam kerja sama strategis dengan negara-negara Barat seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa, yang juga tengah mencari mitra alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap China. Dalam konteks ini, India berperan sebagai pusat manufaktur dan inovasi baru yang menjanjikan di kawasan Indo-Pasifik.
Perubahan Komposisi Impor
Transformasi ini terlihat nyata dalam data perdagangan terkini. Menurut laporan dari Federation of Indian Export Organisations (FIEO). Terjadi peningkatan signifikan dalam volume impor dari negara-negara Asia Tenggara dan Timur Tengah pada tahun 2024.
Komoditas seperti semikonduktor, bahan baku farmasi, serta peralatan elektronik kini lebih banyak dipasok oleh negara-negara alternatif seperti Taiwan, Vietnam, dan Malaysia.
Sebagai contoh, Vietnam telah menjadi sumber penting bagi komponen elektronik dan produk tekstil, sedangkan Uni Emirat Arab dan Arab Saudi mulai memasok bahan baku petrokimia yang sebelumnya banyak diimpor dari China.
Ini menunjukkan bahwa India tidak hanya mencari mitra dagang baru. Tetapi juga menyesuaikan rantai pasokannya agar lebih beragam dan tahan terhadap guncangan geopolitik.
Manfaatkan juga waktu anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi informasi terupdate lainnya hanya di CRAZY CHINA.
- Gambar Utama dari sindonews.com