Tegang! 45 Pesawat Militer China ‘Kepung’ Taiwan
Pesawat militer china kepung Taiwan sebuah aksi militer besar-besaran dengan mengerahkan 45 pesawat tempur milik china.
Pada 2025 ketegangan antara China dan Taiwan kembali memanas. Aksi ini tidak hanya menciptakan ketegangan di kawasan Asia Timur, tetapi juga memicu reaksi dari negara-negara besar dan memperburuk hubungan yang sudah tegang di Laut China Selatan.
Ketegangan Antara China dan Taiwan
Sejak Perang Dunia II dan berakhirnya perang saudara di China, Taiwan dan China telah hidup terpisah dengan status politik yang berbeda. China mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan menekankan prinsip Satu China, yang menyatakan bahwa hanya ada satu negara China, yang meliputi daratan utama dan Taiwan. Sementara itu, Taiwan memiliki pemerintahan sendiri, sistem demokrasi, dan ekonomi yang berkembang pesat.
Ketegangan antara kedua negara ini telah berlangsung selama beberapa dekade, tetapi eskalasi terbaru dimulai pada akhir 2020-an dan terus meningkat hingga tahun 2025. China semakin meningkatkan tekanan terhadap Taiwan melalui serangkaian latihan militer, pembatasan perdagangan, dan aktivitas militer yang semakin agresif di sekitar pulau Taiwan.
Reaksi internasional pun semakin menguat, dengan Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya mendukung Taiwan dalam menjaga kedaulatannya.
45 Pesawat Militer China ‘Kepung’ Taiwan
Pada awal tahun 2025, China meluncurkan operasi militer besar-besaran yang melibatkan lebih dari 45 pesawat tempur yang terbang di sekitar wilayah Taiwan. Tindakan ini menambah ketegangan yang sudah berlangsung lama dan membuat wilayah tersebut semakin tidak stabil.
Pesawat-pesawat tersebut melintasi jalur udara yang dekat dengan Taiwan, beberapa di antaranya bahkan mendekati perbatasan udara Taiwan.
Operasi ini mengundang perhatian internasional karena menunjukkan eskalasi agresif yang belum pernah terjadi sebelumnya. 45 pesawat tersebut terdiri dari berbagai jenis pesawat tempur, termasuk pesawat pembom strategis, pesawat tempur multi-peran, dan pesawat pengintai.
Beberapa pesawat ini bahkan dilaporkan terbang di wilayah udara internasional yang terletak di dekat Taiwan, yang memicu kekhawatiran akan potensi konfrontasi langsung.
Baca Juga: China Bikin Teleskop Antariksa Lebih Canggih Dari Amerika
Reaksi Taiwan dan Dunia Internasional
Seiring dengan meningkatnya ancaman dari China, Taiwan merespons dengan memperkuat pertahanan udaranya. Militer Taiwan segera mengerahkan pesawat-pesawat tempur dan sistem pertahanan udara untuk memantau gerakan pesawat China. Otoritas Taiwan juga mengeluarkan peringatan kepada warga negara untuk waspada terhadap potensi ancaman yang ditimbulkan oleh latihan militer China.
Pemerintah Taiwan mengutuk tindakan China sebagai provokasi yang dapat merusak perdamaian di kawasan dan mengancam stabilitas regional. Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, menyatakan bahwa Taiwan akan terus mempertahankan kedaulatannya dengan dukungan dari sekutu internasional, terutama Amerika Serikat.
Reaksi internasional juga tidak kalah cepat. Amerika Serikat, sebagai sekutu Taiwan yang utama, mengutuk tindakan China dan menegaskan kembali komitmennya untuk membela Taiwan jika terjadi serangan.
Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, mengeluarkan pernyataan yang mendesak China untuk mengurangi ketegangan dan menghormati prinsip-prinsip hukum internasional. Selain itu, Jepang, Australia, dan negara-negara Eropa juga menyuarakan keprihatinan mereka atas perkembangan yang semakin buruk di Laut Cina Selatan dan sekitar Taiwan.
Potensi Dampak Geopolitik
Tindakan China dengan mengerahkan 45 pesawat tempur untuk mempersiapkan Taiwan ini memiliki dampak yang signifikan terhadap geopolitik kawasan Asia dan dunia. Pertama, ketegangan yang semakin meningkat berisiko memperburuk hubungan China dengan negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat.
Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya telah menunjukkan dukungan yang lebih besar terhadap Taiwan dalam beberapa tahun terakhir, dan tindakan China ini hanya akan memperkuat solidaritas internasional dalam mempertahankan Taiwan.
Kedua, ketegangan ini berpotensi memicu perlombaan senjata di Asia Timur. Taiwan, yang selama ini bergantung pada bantuan militer dari Amerika Serikat, mungkin akan mempercepat pembelian senjata canggih dan meningkatkan kemampuan militernya untuk menghadapi ancaman.
Sementara itu, China kemungkinan akan melanjutkan pengembangan kekuatan militernya. Termasuk teknologi tempur yang lebih canggih dan sistem pertahanan rudal untuk memastikan dominasi udara di kawasan tersebut.
Ketiga, ketegangan ini juga memengaruhi hubungan China dengan negara-negara Asia lainnya. Negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan Filipina sangat memperhatikan situasi ini karena mereka khawatir akan ekspansi militer China di Laut Cina Selatan dan dampaknya terhadap jalur perdagangan utama di kawasan itu.
Negara-negara ini mungkin merasa terdorong untuk memperkuat kerjasama militer mereka dengan Amerika Serikat dan meningkatkan aliansi pertahanan mereka.