Xiaomi SU7 Ultra Terlalu Kencang, Tenaga Kuda Resmi Diturunkan

Xiaomi SU7 Ultra telah membuktikan bahwa dunia teknologi bisa membuat mobil secepat supercar.

Xiaomi SU7 Ultra Terlalu Kencang, Tenaga Kuda Resmi Diturunkan

Xiaomi, raksasa teknologi asal Tiongkok, mengejutkan dunia otomotif dengan peluncuran SU7 Ultra, sedan listrik berperforma tinggi yang memecahkan berbagai rekor kecepatan. Namun, performa luar biasa ini sempat menimbulkan kontroversi ketika Xiaomi membatasi tenaga mobil melalui pembaruan perangkat lunak, memicu protes dari para pemilik. Setelah mendapatkan kritik, Xiaomi akhirnya mencabut pembatasan tersebut.

tebak skor hadiah pulsa  

Performa Luar Biasa SU7 Ultra

SU7 Ultra dilengkapi dengan tiga motor listrik: satu motor HyperEngine V6s di depan dan dua motor HyperEngine V8s di belakang. Menghasilkan total tenaga 1.548 hp dan torsi puncak 1.770 Nm. Mobil ini mampu berakselerasi dari 0 hingga 100 km/jam dalam 1,98 detik dan mencapai kecepatan maksimum lebih dari 350 km/jam.

Baterai CATL Qilin 2.0 berkapasitas 93,7 kWh mendukung performa ini. Memungkinkan pengisian daya dari 10% hingga 80% dalam waktu 11 menit. Dengan berat sekitar 2.360 kg, SU7 Ultra juga dilengkapi dengan sistem pengereman karbon-keramik dan suspensi udara dual-chamber untuk mendukung stabilitas dan kenyamanan berkendara.

Mobil Listrik Terlalu Kencang?

Ketika pertama kali diperkenalkan ke publik, Xiaomi SU7 Ultra hadir sebagai varian tertinggi dari trio SU7 (Standard, Pro, dan Ultra). Berbekal dual motor AWD dan akselerasi 0-100 km/jam dalam waktu hanya 2,78 detik, SU7 Ultra dengan cepat mendapat julukan sebagai salah satu mobil listrik tercepat di pasar konsumen non-supercar.

Angka tenaga yang awalnya dilaporkan mendekati 1.200 hp (horsepower) setara atau bahkan lebih tinggi dari Porsche Taycan Turbo S menjadikan mobil ini sebuah monster jalanan. Namun, seiring berjalannya waktu, muncul laporan-laporan pengguna yang mulai mengkhawatirkan stabilitas kendaraan pada kecepatan tinggi.

Beberapa pengemudi bahkan melaporkan gejala oversteer, braking fade, dan sistem pendingin baterai yang kewalahan saat dipaksa beroperasi dalam mode performa penuh untuk jangka panjang.

Meski tidak ada laporan kecelakaan fatal secara langsung, gelombang kekhawatiran itu cukup untuk membuat Xiaomi bereaksi. Dan reaksinya datang dalam bentuk pembaruan sistem yang menurunkan output tenaga maksimum kendaraan.

Baca Juga: Intip Bocoran Mobil Chery China Terbaru yang Akan Hadir di Pasar Indonesia

Penurunan Performa Lewat Pembaruan OTA

Penurunan Performa Lewat Pembaruan OTA

Xiaomi, melalui divisi Xiaomi EV, menyatakan bahwa penurunan performa dilakukan demi meningkatkan keselamatan berkendara dan stabilitas jangka panjang sistem penggerak. Lewat pembaruan OTA (over-the-air). Tenaga puncak SU7 Ultra kini diturunkan menjadi sekitar 900 hp, membuat akselerasi 0-100 km/jam bertambah sedikit menjadi 3,2 detik.

Angka ini tentu masih sangat kencang, namun penurunan tersebut memicu kontroversi. Beberapa pemilik kendaraan menyambut positif langkah ini, mengingat rata-rata pengemudi jarang benar-benar memanfaatkan potensi tenaga penuh kecuali di lintasan tertutup.

Namun, tak sedikit pula yang kecewa karena merasa “dibohongi” mobil yang mereka beli tidak lagi sesuai dengan spesifikasi saat promosi awal.

“Jika saya membeli mobil dengan tenaga 1.200 hp, saya ingin bisa memanfaatkannya. Mengapa harus diturunkan tanpa persetujuan saya?” ujar salah satu pemilik SU7 Ultra di forum otomotif Weibo.

Alasan di Balik Downgrade

Beberapa analis otomotif menyebut keputusan Xiaomi ini sebagai langkah yang bijak namun berisiko secara reputasi. Pasalnya, regulasi keselamatan kendaraan di Tiongkok dan beberapa negara ekspor menuntut batasan performa tertentu untuk mobil jalanan. Apalagi yang beredar secara masif dan bukan kategori supercar eksotis.

Pabrikan lain seperti Tesla, Porsche, dan Lucid juga telah mengalami dilema serupa. Tesla, misalnya, sempat mengalami tekanan untuk membatasi mode “Insane” mereka demi menjaga efisiensi dan keamanan jangka panjang baterai. Namun, yang membedakan Xiaomi adalah transparansi dan eksekusinya yang cepat bahkan terlalu cepat menurut sebagian pihak.

Xiaomi sendiri menyebut bahwa penurunan tenaga hanya berlaku untuk kondisi driving mode standar dan harian. Mode performa penuh masih dapat diakses di lingkungan tertutup atau menggunakan mode sport dengan ketentuan khusus. Namun tetap saja, tidak semua pengguna merasa nyaman jika kendaraan mereka “dikebiri” melalui software update.

Apakah Ini Akan Mempengaruhi Penjualan?

Pertanyaan besar kini muncul apakah penurunan tenaga ini akan merusak reputasi Xiaomi EV di tengah kebangkitan industri mobil listrik Tiongkok? Beberapa analis mengatakan tidak.

Merek Xiaomi masih sangat kuat, dan sebagian besar konsumen membeli SU7 bukan semata-mata karena kecepatan, melainkan karena fitur canggih, desain futuristik, dan integrasi teknologi ekosistem Xiaomi.

SU7 Ultra masih menawarkan layar 16,1 inci di bagian dashboard, sistem navigasi berbasis AI, kamera 360 derajat, dan konektivitas penuh dengan perangkat Xiaomi lainnya, seperti Mi Watch dan Mi Phone. Artinya, nilai jual mobil ini lebih dari sekadar performa kecepatan tinggi.

Namun, ada juga kemungkinan bahwa segmen pembeli kelas atas akan mulai meragukan Xiaomi sebagai produsen mobil performa. Mereka yang mencari kecepatan absolut mungkin akan melirik merek seperti NIO EP9 atau bahkan Tesla Model S Plaid yang tetap mempertahankan tenaga mentah tanpa terlalu banyak kompromi.

Manfaatkan juga waktu anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi informasi terupdate lainnya hanya di CRAZY CHINA.


Sumber Informasi Gambar:

  • Gambar Utama dari cnevpost.com
  • Gambar Kedua dari www.antaranews.com

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *